Matahari untuk senja

754 29 5
                                    

Semester 6 sudah berakhir, kesembuhan pada kaki senja memiliki perkembangan yang sangat baik. ia sudah mampu berdiri dan berjalan, hanya aja belum mampu dalam waktu lama. ia harus beristirahat untuk memulihkan. Senja berterima kasih kepada semua orang yang selalu ada di sampingnya dan tidak pergi, bahkan ketika saat ia terpuruk.

Senja sedang merevisi isi dari buku yang akan terbit bersama Pras. Ia tahu bahwa menerbitkan sebuah buku tidaklah mudah, karena Senja nulis cerita itu saat SMA, ia tidak memperhatikan kata dalam Bahasa Indonesia dengan benar. Ada beberapa penambahan cerita dan penghapusan beberapa bagian yang menurut editor tidaklah penting. Senja melakukan semua itu di sela waktu senggang yang ia miliki. Selain menjadi mahasiswa, sebenarnya selama ini Senja mengurus Yayasan Sosial milik Ibunya dulu. Rani salah satu guru dari Sekolah Anak Jalanan yang berada di bawah naungan Yayasan Sosial Pelangi. Senja tidak mau orang-orang tahu, meskipun ia sangat terkenal di kalangan bawah. Ia tetap harus Check Up untuk memastikan bahwa ia benar-benar sembuh.

Hari ini ada perayaan Pentas Seni untuk semua UKM Kampus, karena ada peraturan kampus bahwa menjelang semester akhir, mahasiswa harus fokus dalam perkuliahan. Akan banyak kegiatan yang harus dilakukan oleh mahasiswa, dari prakter kerja, memperbaiki nilai yang masih kurang sampai pengerjaan skripsi.

Panitia memaksa Senja untuk menyumbangkan satu puisi yang akan ia bacakan. panitia menggodanya, berkata pada Senja bahwa fans Senja sudah rindu ia membacakan puisi. Selama pengobatan memang ia hanya datang ketika ujian saja, itupun mendapatkan pemakluman dari pihak kampus.

Semua orang sudah bersiap menunggu Senja membacakan puisi. Dika, Rani, Erga, Edwin dan Susi, sengaja duduk tempat duduk yang tepat berada satu garis lurus ketika Senja akan membacakan Puisi. Pras ternyata sengaja datang untuk melihat Senja membacakan puisi.

"aku gugup Pras" keluh Senja

"tarik nafas 3x , semua akan baik-baik saja" ucap Pras memberikan semangat

"aku sudah lama tidak membaca puisi, dan mereka menyuruhku untuk menulis puisi sendiri. Oh bagaimana ini Pras?" tanya Senja semakin panik.

Tanpa aba-aba, Pras memeluk Senja begitu saja. Membuat Dika yang melihat itu dari kejauhan begitu terkejut namun ia dengan mudah mengontrol emosi agar tidak cemburu buta.

"percayalah padaku, everything gonna be okay" ucap Pras dengan lembut lalu melepaskan pelukannya. Senja menggangguk yakin.

Senja menaiki anak tangga dengan degub jantung yang cepat, tangannya mulai berkeringat karena ia sangat gugup. Ia mengambil mic dan menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya.

"assalamualaikum, selamat malam kawan-kawan" sapa Senja sudah mulai mampu mengusai kegugupannya.

"walaikumsalam" jawab mereka serempak

"saya sudah lama sekali tidak berada di panggung dan membacakan puisi, tapi saya berharap kalian akan suka dengan puisi saya. Saya juga mohon maaf jika saya harus membaca puisi dengan posisi duduk" ucap Senja dengan sopan

"tidak apa-apa Senja, kau duduk ataupun berdiri tetap cantik" teriak salah satu penonton. Dan mendapatkan sorakan dari penonton lain.

Senja meminta bangku kepada Kru, ia tidak lupa membaca doa terlebih dulu. Semua pandangan sudah tertuju pada Senja. Ia melihat ke arah Pras yang sedang mengacungkan jempol kepadanya, dan melihat Dika yang memberikan senyuman tulus.

"judul dari puisi ini adalah matahari untuk Senja" ucap Senja dengan lantang

Langit soreku berwarna abu-abu

Karena sang matahari telah pergi

Setiap hari adalah mendung

Langitku menjadi hampa

Matahari untuk Senja ( editing )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang