rasa sakit dan kebahagiaan

542 30 0
                                    

Setelah kepergian Pras, Senja memohon kepada Juna untuk mencabut segala gugatannya kepada Natasya. Juna yang awalnya keberatan karena ia ingin Natasya mendapatkan hukuman dari semua yang telah Natasya perbuat. Senja sendiri yang menjamin bahwa Natasya tidak akan mengulanginya perbuatannya, dengan berat hati Juna menuruti permintaan Senja. Juna sempat meminta pendapat Ayahnya, namun Ayahnya memberi kuasa penuh kepada Senja.

Natasya menangis ketika mendengar berita kebebasannya, walaupun ia harus wajib lapor selama satu bulan penuh. Ia langsung menjenguk Senja dan mengucap kata terima kasih berulang kali. Senja hanya berkata bahwa ini kesempata terakhir yang Senja berikan kepada Natasya. Senja tahu bahwa sebenarnya Natasya perempuan yang baik dan kenyataan bahwa Natasya hanya ingin ada seseorang yang mengerti dirinya.

*****

"Natasya sebenarnya menginginkan Pras karena ia merasa bahwa Pras orang kedua yang mendukung hobinya dan tidak memandang rendah hobinya mewarnai selain Ayahnya. Ibu Tasya dulu begitu keras dan memandang rendah hobi dari Tasya. Ibunya selalu memaksa Tasya untuk menjadi model dan meneruskan cita-cita ibunya. Itu juga yang menyebabkan perceraian kedua orang tua Tasya. Itu alasan Tasya tidak mau melepas Pras. Dia berani bermimpi karena adanya Pras" jelas Ibu Dika. Ketika ia menjenguk Senja

"Ibu tahu darimana ?" tanya Senja terkejut

" Tasya yang menceritakan itu kepada ibu. Tasya meminta maaf karena telah menyakiti Dika dan menghancurkan persahabatan Pras dan Dika namun Tasya bersikukuh tidak akan melepaskan Pras. Dika bahkan tidak tahu bahwa Tasya sangat hobi mewarnai. Tasya menyembunyikan itu dari Dika. Hanya kepada Pras, Tasya berani membongkar semuanya" ucap Ibu Dika dengan lembut. Senja hanya tertegun mendengar penjelasan itu.

****

Senja ingin semuanya berakhir. Rasa sakit, dendam, permusuhan dan masalalu yang kelam. ia ingin memulai segalanya dengan hal yang baik. Senja menjalani terapi sekitar 3 bulan, kakinya sudah mengalami perkembangan yang cukup baik. ia belum sepenuhnya pulih dan berjalan seperti dulu namun kini ia sudah mampu berdiri meskipun belum mampu berdiri terlalu lama. Juna selalu setia menemani Senja terapi, walaupun rasa lelahnya tak bisa ia tutupi tapi ia tetap keras kepala untuk menemani Senja. Terkadang Arga, Edwin, Susi dan Rani bergantian menemani Senja terapi bahkan justru komplit. Edwin jauh lebih sibuk dibandingkan yang lain, ia semakin rajin ke kampus dan mencatat semua pelajaran. Edwin ditugaskan untuk mengajarkan Senja setiap hari minggu. Dika hanya sesekali menemani Senja terapi, ia lebih sering berkunjung ke rumah Senja.

Hari ini Dika berkunjung ke rumah Senja untuk menanyakan kebenaran kabar yang ia dengar, bahwa Senja sudah jauh hari membalas cintanya. Dika tidak sengaja mendengar itu dari mulut Arga, ketika ia ingin mengetahui kebenaran itu Arga menyuruhnya untuk menanyakan itu langsung kepada Senja.

Dika mengetuk pintu kamar Senja dengan gugup. ia sempat ragu namun mencoba untuk memberanikan diri.

"masuk" kata Senja sedikit berteriak.

Dika maju dengan perasaan yang tidak menentu dan pertanyaan-pertanyaan yang berkecamuk dalam kepalanya. Dika langsung mengambil tempat disamping Senja dan seketika suaranya lenyap begitu saja. Senja yang sudah hafal gerak-gerik Dika jika gugup langsung membuka suara.

"kamu ingin bertanya sesuatu dik ?" tanya Senja lembut dan meletakan novel yang sedang ia baca.

"apakah benar bahwa kamu menyayangiku Senja ?" pertanyaan yang begitu saja keluar dari mulut Dika. Senja terpaku beberapa saat, menciptakan keheningan di dalam kamar Senja. Senja mengatur nafas berkali-kali untuk mengendalikan diri. Sedangkan Dika harap cemas mendengar jawaban dari Senja.

Matahari untuk Senja ( editing )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang