Berakhir

464 28 0
                                    

Mulmed : Natasya davidson

*****


Edwin menepuk pundak Pras untuk memberinya semangat, ia begitu mengerti betapa Pras kini hancur. Mereka menghembuskan nafas lega ketika pada akhirnya Senja mengakui tentang perasaannya meskipun tidak dihadapan Dika, namun disisi lain mereka juga bingung. Mengapa Senja meminta Dika untuk melindungi Pras ? seharusnya ia meminta Pras untuk melindunginya.

Senja masih duduk dengan tatapan kosong, ia begitu kacau dan mereka tidak berniat untuk mengganggu. Mereka lebih memilih untuk memberi ruang. Wanita paruh baya menghampiri dan menepuk pundak Senja. Ia masih belum bergeming dan tidak menyadari kehadiran wanita itu. ia masih menunduk dan tidak berniat untuk sama sekali untuk mengangkat wajahnya.

"Senja" panggil wanita itu dengan lembut. Senja yang mengenal suara tersebut, akhirnya mendongak melihat wanita yang ada dihadapannya. Wanita itu tersenyum tulus kepada Senja

"bunda" kata Senja terkejut dan terbata-bata.

"siapa wanita itu ?" bisik Susi kepada mereka yang tidak jauh dari Senja.

"ibu dari Dika" kata Pras datar. Susi hanya membulatkan mulutnya.

Bunda duduk disamping Senja yang kini masih terdiam tidak berniat melakukan apapun. Bunda mengusap puncak kepala Senja, sentuhan seorang ibu membuat ia merindukan ibunya sendiri. Senja menatap bunda dengan berkaca-kaca, bunda memeluknya dengan hangat. Senja terisak dan menangis begitu saja. Bunda mengerti apa yang dirasakan oleh Senja, rasa bersalah yang begitu besar menyelimutinya.

"bukan salahmu, tidak apa" kata bunda mencoba menenangkan Senja

"maafkan aku bun" kata Senja dengan suaranya yang serak.

Dokter keluar dengan senyum yang tak pernah lepas dari wajahnya. Mereka semua berharap bahwa dokter akan membawa kabar baik. Mereka memang wajah cemas tak terkecuali Pras. Pria itu ingin sekali berterimakasih kepada Dika, karena Dika sudah menyelamatkan nyawanya. Senja harap-harap cemas mendengar kabar tersebut.

"bagaimana keadaannya dok ?" tanya Pras mewakili bunda.

"operasinya sudah selesai. Ternyata ada peluru lainnya yang berada dibawah bahunya namun sudah kami ambil. Dika masih dalam biusan, kemungkinan besok ia akan sadar." Jelas Dokter dengan tenang. Mereka menghembuskan nafas lega, berkali-kali mengucap rasa syukur.

"terimakasih dok" kata bunda dengan tersenyum.

*****

Senja tidak hadir saat Dika sudah tersadar, walaupun Dika mencarinya ketika ia pertama kali tersadar. Dika menatap sedih karena perempuan yang ia sayangi tidak ada disampingnya, tidak ada yang berniat memberitahui Dika bahwa usahanya sudah berhasil. Senja sudah menyayanginya, mereka sengaja agar Dika mendengar langsung semua itu dari mulut Senja.

Senja hanya mengirimkan salam dan melalui pesan singkat bahwa ia akan segera menemuinya, ia ingin menyelesaikan urusan yang menurutnya penting. Senja sempat menghubungi Dika melalui video call, ia tahu bahwa Dika ingin datang namun ia menolak dengan halus.

Petang sudah hadir, Senja berjalan dengan santai ke meja paling ujung dari Café ini. sudah ada perempuan yang menunggunya dan asap rokoknya hampir menutupi wajahnya. Perempuan itu tersenyum dengan beribu arti, menyambut Senja dengan hangat.

"akhirnya kamu datang juga" kata perempuan itu, mematikan rokoknya.

"jangan berbasa-basi Natasya" kata Senja datar

"jangan terburu-buru Senja, kita saja belum sempat melepas rindu" kata Tasya mengejek. Senja memutar bola matanya dan menatapnya merendahkan.

Pesanan pun datang dan Natasya masih ingat apa kesukaan Senja. Tentu ia tahu dari cerita Pras. Pras selalu menceritakan Senja dihadapannya, justru membuat Natasya semakin jengah.

Matahari untuk Senja ( editing )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang