Persahabatan

579 27 0
                                    

Flashback

"Pesut, cepat naiknya" perintah Senja

"aku takut rantingnya patah" jawabnya dengan ragu-ragu untuk menaiki pohon seri yang begitu tinggi.

Senja memutar bola matanya, dasar anak lelaki payah. Hanya naik ke pohon ini saja takut, sedangkan Senja dengan lincah sudah berada diatas sana. Senja mengambil buah seri yang sudah matang. Buah seri yang sudah matang akan berwarna kemerahan dan rasanya manis.

Senja membantu anak lelaki itu untuk menaiki pohon seri. Keringat bercucuran dikening Senja, Akhirnya anak lelaki itu berhasil naik dengan susah payah.

"dasar pesut gendut, berat sekali kamu" keluh Senja

"salah kamu memaksaku untuk naik Ara, bagaimana kalau pohon ini roboh?" tanya anak lelaki itu, masih ada ketakutan dalam wajahnya.

"berhenti memanggilku Ara ! namaku itu Senja. Kalau pohon ini roboh ya kita akan jatuh kebawah" ucap Senja dengan nada ketus namun memasang wajah santai. Ia memberikan buah Seri pada anak lelaki itu. Anak lelaki itu sangat menyukai buah itu, hanya saja ia terlalu takut untuk naik.

Senja mengambil buah itu hampir keujung ranting, namun tidak ada ketakutan dalam diri Senja. Sedangkan anak lelaki itu meringis ngeri. Setelah Senja sudah merasa cukup mengumpuli buah seri itu. Dia terbaring pada ranting tanpa memegang ranting lain, sedangkan anak lelaki itu duduk dengan memegangi ranting itu dengan sangat erat.

"kenapa kamu kalau di kelas tidak mau berbaur dengan teman lain ?" tanya anak lelaki itu.

"aku malas " jawab Senja dengan santai. Ia tidak berhenti memakan buah itu. Anak lelaki itu memasang wajah bingung.

"karena aku tidak akan pernah lama disini, Ayahku yang selalu dimigrasi ke berbagai kota. Membuat keluargaku jarang sekali menetap di satu kota" jelas Senja

"tapi bukankah kamu butuh teman ?" tanyanya

"kamu saja tidak punya teman" jawab Senja santai

"karena mereka tidak mau berteman denganku" ucap anak lelaki itu dengan sedih. Senja yang sadar bahwa perkataannya menyakiti dia. Lalu memberikan senyuman dengan tulus.

"tapi aku mau. Aku tidak mau berteman sama mereka, karena mereka jahat padamu. Aku tidak suka dengan orang jahat. kata Ibu, orang jahat itu tidak baik. Jadi aku berteman denganmu saja. Kamu teman yang baik." Ucap Senja dengan memberikan buah seri kepada anak lelaki itu. Buah seri yang Senja berikan sudah habis.

"terimakasih Ara, aku janji akan selalu menjaga kamu dari anak nakal" ucap anak lelaki itu dengan ceria. Senja tertawa geli mendengar itu.

"boleh saja, tapi jika kamu sudah tidak takut naik pohon seri. Satu lagi, jika kamu sudah tidak jadi korban usilan mereka" kata Senja masih memasang wajah geli.

Bagaimana bisa anak lelaki yang gendut ini bisa menjaganya, jika dia saja masih sering dinakali oleh anak lainnya, pikir Senja. Namun Senja tahu, ia tidak akan lama bersekolah disini. ia mendengar percakapan Ayahnya dalam waktu dekat akan pindah ke luar kota lagi.

*******

Senja datang ke café milik Ayahnya untuk menemui para sahabatnya. Langkahnya berat karena tak sanggup bertemu mereka, setelah menghilang begitu saja. Ternyata mereka sudah berada disana, dengan makanan yang sudah dipesan. Rani dan Susi langsung menghampiri Senja dan memeluknya. Ada rasa hangat dalam hati Senja, ia memang sudah sangat merindukan sahabatnya. Tak ada kata apapun yang keluar dari mulut mereka, karena perempuan sangat paham apa yang dirasakan sahabatnya. Setelah pelukan mereka terlepas. Ketiga pria itu tersenyum tulus pada Senja. Senja langsung memeluk Edwin dengan erat.

Matahari untuk Senja ( editing )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang