Prolog

3.1K 79 7
                                    

Di bawah langit malam yang penuh bintang, Senja menatap langit itu dengan pandangan kosong. Lalu, Dika yang sedari tadi memperhatikan Senja, akhirnya memberanikan diri untuk mendekat dan menyapa. Walaupun selama ini jantungnya selalu berdebar tak terkendali. Dika merasa semenjak jatuh cinta kepada Senja, Ia memiliki penyakit jantung. Dika selalu hampir kehabisan nafas jika berada didekat senja.

"Senja," Dika menepuk pundaknya. Senja terkejut karena melihat Dika sudah ada di hadapannya.

"Iya."

Suasana hening pun tercipta di antara mereka. Dika tiba-tiba kehilangan suaranya, sedangkan Senja kembali menikmati langit malam. Akhirnya setelah beberapa menit ia berani membuka suara.

"Menurutmu, adakah yang lebih indah dari bintang itu?"

"Ada. hujan dan senja."

"Iya, benar sekali."

"Kamu juga menyukai hujan dan senja?"

"Aku hanya menyukai senja. Bukan,lebih tepatnya mencintai."

"Apa yang kamu cintai dari senja? Kalau aku, karena ibuku menyukai pemandangan senja dan itulah alasan ibu memberi namaku Senja. Senja memang indah tapi sayang sekali ia hanya bisa dilihat dalam waktu singkat," kata Senja dengan raut wajah kecewa.

"Mungkin alasan ibumu bukan karena itu," jawab Dika.

"Apa memangnya?" tanya Senja bingung.

"Karena kamu secantik senja, selalu ditunggu kehadirannya. Kamu perpaduan yang sangat indah. Aku mencintai senja yang dilahirkan oleh ibumu," kata Dika.

Dika berbicara itu dengan penuh keyakinan, menatap matanya dengan penuh ketulusan. Senja hanya membalas tatapan tulus itu dengan senyuman yang membuat siapa pun akan terus mengingatnya. Dika sangat tahu bahwa Senja membangun tembok yang sangat kokoh dan tidak akan mudah masuk ke dalam hatinya.

*******

Saya baca ulang tulisan ini dan pengen nangis sendiri. Berantakan banget ya. Saya akan perbaiki sedikit demi sedikit, karena ini buku pertama yang saya tulis jadi harap maklum.

Terima kasih dan selama menikmati.

Matahari untuk Senja ( editing )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang