Part 1

3.2K 95 6
                                    

Athira menuruni tangga dengan langkah kaki tergesa-gesa sehingga menimbulkan suara gedebuk yang keras. Anna--sang Ibu-- hanya bisa menggelengkan kepalanya. Hampir setiap hari ia melewati pagi gaduh seperti pagi ini.

"Thira pelan-pelan jalannya! Ntar jatuh!" Kata Anna.

Sedangkan yang disebut namanya itu hanya menunjukkan cengirannya sambil berjalan menuju meja makan. Mengambil roti isi selai coklat lalu mencium pipi Anna kilat.

"Hehe sorry bun, gak lagi deh," katanya. "Udah ya bun Thira pergi dulu! Ntar ditinggal Bang Alex, dah Assalammualaikum!"

Thira meloncat menaiki jok belakang motor ninja milik Abangnya.

"Ayo Bang cepetan jalan! Ntar telat!" Serunya sambil menepuk pundak Alex. Oh sungguh, jika bukan adik nya, Alex mungkin sudah mencincang Athira.

"Yang bikin telat siapa sih!? Yang harusnya marah siapa, yang ngomel siapa" dumel Alex.

Athira kembali menunjukkan cengirannya, lagi, pada pagi ini. Alex mendengus kesal melihat kelakuan Adik semata wayangnya itu, untuk kesekian kalinya, ia kembali bersyukur Athira merupakan Adik kandungnya dan bukan orang lain dan untungnya lagi, ia berjenis kelamin perempuan.

"Iya maaf sih tadi kaos kaki nya ilang satu kan harus nyari dulu," jelasnya, "Udah ah yuk jalan! Gak ada waktu buat bahas ini! Pelajaran pertama gue Biologi tau!" Omelnya, lagi.

"Ye, itumah derita lo" dengus Alex.

Setelah perdebatan kecil itu, akhirnya motor Alex pun melaju kencang membelah jalan Jakarta menuju SMA Pelita Bangsa. Sejujurnya, rumah mereka dan sekolah bisa dibilang dekat, hanya membutuhkan waktu 10 menit untuk sampai di sekolah memakai motor, tetapi waktu yang sudah menunjukkan pukul 6 lewat 38 menit sedangkan bel berbunyi 7 menit lagi membuat Alex mau tidak mau melajukan motornya dengan kencang.

Tepat di menit ke 7 dimana pintu gerbang akan ditutup, motor Alex sudah memasuki kawasan parkir SMA Pelita Bangsa. Desahan lega keluar dari mulut kedua kakak beradik tersebut. Setelah Alex memarkirkan motornya, Athira mengucapkan terimakasih diiringi dua kali tepukan di pundaknya kemudian meloncat pergi dan berlari ke kelasnya. Ya, Biologi, Bu Nuning benar benar guru yang disiplin. Athira tidak mau disuruh hormat bendera atau membersihkan kamar mandi atau hukuman melelahkan lainnya. Ia sudah cukup lelah pagi ini. Sungguh.

Athira kembali mendesah lega karna belum menemukan Bu Nuning di kelasnya, dengan cepat, ia melesat menuju bangku dimana ia duduk, di sebelah Luna, satu dari ketiga sahabat terbaik yang ia punya. Oh, tidak, tolong jangan biarkan mereka membaca ini, mereka bisa besar kepala.

Luna yang tengah membaca novel picisannya terlonjak kaget melihat Athira telah terduduk manis disebelahnya sambil mengatur nafas.

"Gak ngagetin bisa kali ya, Ra," ucapnya, "Baru juga pagi"

Athira menunjukkan cengirannya --oke, lagi-- sambil meleletkan lidahnya kepada Luna.

"Biarin aja ye, makanya punya jantung dikuatin biar gak gampang kaget" balas Thira.

"Jantung gue kuat tau ra," ucapnya, Athira mengerutkan kening karna Luna menggantungkan nada bicaranya.

"Cuma hati gue aja yang gak kuat," sambung Luna.

Athira mendengus geli mendengar ucapan sahabat nya itu.

"Baru pagi Lun," ucapnya, "Makanya jadi orang jangan cepet baper, foto instagram di like mantan aja udah seneng"

Luna mengerucutkan bibirnya mendengar ucapan Athira. Sungguh ia tidak mau membahas masalah itu. Masih pagi. Ia tidak boleh galau.

"Rese lo, Ra" kesalnya.

First or Last?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang