Part 17

1K 54 6
                                    

Beberapa menit berlalu, tapi Athira masih tetap kekeuh pada posisinya sekarang. Bahkan ia tidak bergerak barang cuma menggerakkan jari. Matanya terpaku pada boneka baymax yang terduduk manis di kursi depan.

Athira sangat amat menyukai baymax. Mungkin dia sudah jatuh cinta pada tokoh kartun yang satu itu.

Rafa terkekeh kemudian keluar dari mobilnya untuk menghampiri Athira. Ia memindahkan boneka tersebut ke kursi belakang, lalu ia berdiri dihadapan Athira.

"Udah jam 06.30 loh. Tuan putri, back to earth, please?" Ucap Rafa perlahan sambil menatap tepat pada manik mata Athira.

Athira mengerjapkan matanya perlahan kemudian reflek membesarkan matanya melihat Rafa, "Sejak kapan lo disini?"

Rafa terkekeh, "Gak penting. Cepetan masuk, ntar telat. Hari ini yang piket kepsek."

Athira kembali membelalakkan matanya kemudian dengan satu gerakan cepat sudah terduduk di mobil Rafa.

"RAF CEPETANNN." Serunya. Rafa kembali terkekeh kemudian berlari mengitari mobilnya untuk sampai di tempat kemudi.

Lalu dengan hitungan detik, mobil jazz hitam milik Rafa sudah melesat menuju SMA Pelita Bangsa.

***

"DEE! CIO!" Seru Luna sambil terus menarik Athira yang tidak henti-hentinya tersenyum. Iya, senyumnya telat. Karna tadi pagi otak Athira benar-benar buntu melihat boneka kesukaannya.

"Sini sini cepetan!" Balas Cio dan Dee sambil mengibas-ngibaskan tangannya.

Istirahat. Satu kata yang membuat mood keempatnya selalu senang, karena pada waktu ini mereka akan mengobrol dan bercanda, walaupun terkadang tidak dengan personil yang lengkap. Oh, dan satu lagi, bel pulang.

Luna menghempaskan badannya di kursi sebelah Cio, dan Athira terduduk di samping Dee.

"Nah, nah, apa pasal nih temen kita senyum-senyum mulu?" Tanya Cio membuka suara.

Luna mengedikkan bahunya, "Au dah. Belum cerita dia. Gue curiga."

Dee menyentil kening Athira, "Woy! Gila lo senyum-senyum sendiri."

Athira yang baru saja tersadar mengusap keningnya dan mencebikkan bibir, "Ih! Gak usah pake nyentil berapa sih?!"

Dee terkekeh kemudian mengangkat 2 jarinya, membentuk huruf v, "Makanya cerita. Gak usah senyum-senyum sendiri kaya orang gila gitu."

"Gak mau. Kepo deh lo." Balas Athira. Mendengar jawaban itu, ketiga temennya mendesah jengkel sambil memutar kedua bola mata mereka.

"Yaudah sekarang kita cerita bertiga aja ya. Gak usah bawa-bawa Athira." Ucap Luna.

Athira yang tidak terima melebarkan mulutnya, "Apaan!? Gak bisa gitulah."

"Lagian lo duluan yang gak mau cerita-cerita ke kita." Kata Cio.

Athira terkekeh, "Iya gampang. Cerita doang mah, kecil. Besok deh, gue janji cerita."

"Kalau enggak?" Tantang Dee.

"Tagih deh tagih. Mau bomb text sampe hp gue error juga boleh." Balas Athira.

"Athira!" Panggil seseorang dari pintu kantin. Athira segera menoleh ke asal suara, kemudian mengerutkan kening.

"Loh, Ra? Lo kenal deket sama dia, ya?" Tanya Luna.

"Tuhkan. Gak cerita. Pokoknya fix besok harus cerita." Kata Dee.

"Semua. Tanpa. Ada. Yang. Kurang." Tambah Cio dengan penekanan di tiap kata.

Athira yang mendengar itu menunjukkan cengirannya, "Iya-iya. Tenang aja."

First or Last?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang