Mario bangun pagi-pagi sekali hari ini. Baru jam setengah 6, tetapi ia sudah siap dengan tas dan seragam sekolahnya. Bahkan Emil baru saja bersiap membuat sarapan ketika Mario turun dari kamarnya.
"Loh? Kok udah siap? Masih lama kan masuknya?" Tanya Emil ketika Mario menjatuhkan badannya di atas kursi ruang makan.
"Hehe. Lagi pengen dateng cepet aja. Eh-- Ma, btw, masih ada roti sama nutella kan di lemari?"
Emil mengangguk. "Masih. Kenapa?"
"Aku mau bawa ke sekolah. Tapi biar aku buat sendiri aja."
Emil mengerutkan keningnya. "Tumben. Tuh, kotak makannya di rak bawah." Kata Emil sambil mengarahkan dagunya ke arah rak dibawah susunan piring.
Mario dengan sigap mengambil kotak makan berwarna biru muda dan meletakkannya di atas meja.
Roti ini spesial dibuatnya untuk Athira. Masa bodo akan dibuang atau dimakan. Setidaknya, Mario tidak putus asa.
"Kamu ... Gimana sama Athira?" Tanya Emil.
Mario hampir saja tersedak kalau ia tidak ingat Emil tidak tahu apa-apa. Bahkan Mamanya itu tidak tau Mario satu sekolah dengan Athira. Mario bingung, ia harus mulai darimana?
"Mama tau sendiri aku udah-- yah, apa ya namanya? Udah putus asa nyari dia."
"Bohong." Sambut Emil cepat.
Mario menaikkan sebelah alisnya. "Kok?"
"Kamu kenapa sih nyembunyiin hal penting gini dari Mama?"
Mario mengerjapkan matanya, kemudian menghilangkan groginya dengan mengoleskan roti kedua dengan nutella-- lagi.
"Hal penting apa sih, Ma?"
"Kamu anak Mama loh, Yo. Masih mau bohong?"
Mario mendengus pelan. Kadang Emil begitu menyebalkan dimata Mario, contohnya sekarang.
"Tsk. Mama udah tau sejauh apa?" Tanya Mario, akhirnya.
"Sejauh mata memandang?" Balas Emil.
Mario memutar kedua bola matanya sambil menutup kotak makan yang telah ia isi dengan dua roti nutella. Kemudian ia berjalan ke meja makan.
"Serius sih, Ma. Tadi minta aku serius."
"Mama tau kamu satu sekolah sama dia. Mama tau beberapa bulan belakangan kamu sering jalan sama dia. Yang Mama gak tau, kenapa kamu baru ngakunya kemarin sih?"
Kali ini Mario sukses tersedak air putih yang sedang ia minum sampai airnya muncrat kemana-mana.
Ia segera mengambil tisu untuk mengelap baju dan sekitar mulutnya yang basah. Sementara Emil mengambil lap untuk membersihkan meja dari semburan air Mario.
"Gak usah lebay gitu, kenapa sih, Yo?" Dumel Mamanya.
Mario mendelik kesal, sambil berjalan kembali ke meja makan. "Edlyn yang cerita ya? Ih, lemes banget sih mulutnya. Kaya tante-tante arisan."
"Ya biarin sih. Lagian kamu tega gak cerita apa-apa sama Mama."
"Mario bingung mau mulai darimana. Lagian, malu tau. Ah, udahlah. Gak penting."
Emil memutar kedua bola matanya sambil menaruh sarapan pagi ke atas meja makan. Lalu duduk di depan Mario.
"Kamu mau kuliah dimana?"
"Belum bisa mikirin. Liat situasi dulu."
"Jangan kelamaan, Yo. Biar bisa disiapin. Atau kamu gak usah kuliah setahun biar sama kaya angkatan kamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
First or Last?
Teen Fiction"Cause no matter what's going on in the past, you still be the first and the last, for me."