Athira dengan segera berlari ke dalam kamarnya setelah keluar dari mobil Rafa. Ia mati-matian menahan tangisannya, dan sekarang ia tidak sabar untuk mengeluarkan bom air mata itu.
Beruntung Bundanya tidak ada di rumah saat ini.
Alex sedang sibuk dirumah temannya, mengerjakan prediksi soal UN yang katanya 100% sama dengan SKL UN tahun ini. Hingga Athira terpaksa menangis dan berteriak sendirian.
Athira tidak pernah merengek pada teman-temannya masalah percintaan. Ia hanya akan menceritakan hal itu jika hatinya sudah mulai tenang.
Dengan begitu, teman-temannya tidak akan tau seberapa rapuh Athira.
Yang sekarang ada di pikiran Athira hanya nama Alex. Tapi ia tidak mungkin menelfon Abangnya itu dan menyuruhnya cepat pulang. Sedangkan Abangnya sedang berlatih soal yang menentukan hidup matinya.
Bang Alex..
Bang Alex..
Bang Alex..
Bang Alex..
Ba-- Mario.
Untuk pertama kalinya, nama lain muncul di pikiran Athira. Dengan segera, Athira menekan tombol hijau di samping kontak Mario.
Di deringan ketiga, telfon itu terangkat. Menampilkan suara Mario yang entah kenapa terdengar lembut.
"Ma .. Mario ..." Panggil Athira, berusaha keras menahan isakannya.
"Ya, Ra? You okay?" Tanya Mario di sebrang sana.
Tanpa aba-aba, tangis Athira pecah begitu saja. "No-- no, im not okay. Please. I need you. Ma-- Mario."
Mario yang mendengar itu menegakkan punggungnya, jantungnya berdebar dengan cepat.
Athiranya. Athiranya membutuhkan dirinya.
Athira yang merasa tidak ada jawaban kembali terisak. "Mario, lo masih disana?"
Kemudian Mario sudah siap dengan jaket dan kunci mobilnya. "I'll be there in 5 minute. Promise."
Kemudian sambungan telefon itu putus begitu saja.
Mario menekan pedal gas nya dengan kuat ke arah rumah Athira. Tidak membutuhkan waktu lama. Karna faktanya, rumah Mario berada satu komplek dengan rumah Athira.
Sampai di depan rumah Athira, Mario segera menekan speed dial nomor 1 nya yang langsung terhubung ke ponsel Athira. Disambungan pertama, Athira segera mengangkat panggilan itu.
"Ha-- halo?"
"Cepet keluar. Gue udah di depan. Langsung masuk ke mobil gue. Masuk ke jok belakang aja. Jangan depan. Jangan lupa bawa jaket biar gak dingin. Gue tunggu."
Kemudian sambungan itu terputus lagi.
Athira mengerutkan keningnya. Masih heran kenapa Mario cepat sekali sampai di rumahnya. Tapi mengingat ia harus memuntahkan air mata yang tertahan di pelupuk matanya, Athira segera memakai sweater dan berlari keluar rumah.
Athira menatap mobil sport hitam di depannya. Sesuai instruksi, ia masuk ke jok belakang. Disana, Mario duduk sambil memainkan ponselnya.
"Hey." Sapa Mario.
Athira segera masuk ke dalam mobil Mario kemudian menubruk badan Mario setelah ia menutup pintu.
Mario mengusap rambut Athira dengan gerakan teratur. Membiarkan bajunya basah oleh air mata Athira.
KAMU SEDANG MEMBACA
First or Last?
Teen Fiction"Cause no matter what's going on in the past, you still be the first and the last, for me."