Part 3

1.6K 65 2
                                    

Athira berjalan lunglai ke arah perpustakaan sekolah. Tidak ada tempat lain untuk menghabiskan dua jam pelajaran selain perpustakaan. Sebenarnya banyak, tapi tempat terbuka, ia tidak mau dihukum lagi karna dikira bolos. Oh begini saja sudah mimpi buruk. Sia-sia saja ia berlari-lari tadi pagi.

Sesampainya di depan perpustakaan, ia membuka pintu perpustakaan tersebut. Bau buku-buku lama tercium oleh rongga hidungnya. Athira pun mengambil satu novel dari rak buku lalu mengambil tempat duduk di ujung perpustakaan, dekat dengan jendela.

Sesekali Athira mengecek ke luar jendela lalu mengarahkan pandangan matanya ke arah novel lagi. Begitu terus berulang-ulang. Karna terlalu bosan, ia mengeluarkan hp nya dari kantung rok. Membuka instagram, menutupnya kembali, membuka path, menutupnya kembali, membuka LINE, menutupnya kembali, membuka ask.fm, menutupnya kembali, dan berakhir dengan erangan bosan yang beratus kali keluar dari mulut Athira. Ia menutup ponselnya lalu memasukkannya lagi ke kantung rok sekolahnya. Karna menyerah, Athira memilih untuk merebahkan kepalanya ke atas meja. Lumayan, 30 menit lagi. Tambahan tidur tadi pagi. Batinnya.

"Perpustakaan buat baca buku, bukan tidur." Ucap seseorang yang baru saja menarik kursi di hadapan Athira. Athira terlonjak kaget sambil menatap orang yang duduk dihadapannya tersebut. Dan ia reflek mengepalkan kedua tangannya.

"Ribut lo. Gara-gara lo tau gak gue disini" ketusnya.

Lelaki tersebut menaikkan sebelah alisnya, "Loh kok gue? Lagian lo lari-lari gak liat kedepan," balasnya.

"Lo gak ngerti apa orang lagi buru-buru? Harusnya lo minggir!" Balas Athira lagi. Sungguh ia kesal sekali dengan lelaki di hadapannya ini. Entah siapa namanya.

"Tsk, egois dasar,"

"Enggak! Lo yang gak ngerti!"

"Egois"

"Enggak!"

"Iya"

"Enggak!"

"Sshh!!" Ucap penjaga perpustakaan yang membuat Athira dan lelaki tersebut diam. Ia kembali mendengus kesal. Pagi yang buruk, batinnya.

"Lo siapa sih? Gue gak pernah liat lo di sekolah" tanya Thira mulai melembut. Walaupun masih nyolot, sih.

"Gue udah 2 tahun disini dan lo belum pernah liat gue? Keterlaluan," ucapnya. Oh lupa, daritadi ia berdebat dengan Athira tetapi ia hanya sekali menatap wajah Athira, selebihnya pandangannya fokus ke arah buku ensiklopedia yang ia bawa.

"Tinggal bilang elah lo siapa, susah banget," dengus Athira lagi.

"Erm," ucap cowok itu, Athira menaikkan sebelah alisnya. "Kepo," sambungnya sambil berdiri dan berjalan pergi dari perpustakaan.

Anjir, belagu banget jadi cowo. Batin Athira. Ia kembali melirik ke arah jam tangan berwarna putihnya. 10 menit lagi. Ia pun berdiri keluar perpustakaan menuju kelasnya.

Tepat pada saat ia sampai di depan kelas, Pak Indra sudah tidak ada di kelasnya lagi. Dengan segera ia masuk ke dalam kelas lalu duduk di sebelah Luna.

"Najis bete gue" ucap Thira setelah terduduk di atas bangkunya.

Luna yang melihat keberadaan sahabatnya itu tergelak, "Sumpah, lo telat bangun ya pasti? Muka lo priceless banget tadi pagi" katanya.

Athira mendengus kesal, "Rese sumpah. Ah udah bete gue." Ucap Thira sambil mengerucutkan bibirnya. Meninggalkan Luna yang masih tertawa geli.

Tawa Luna terhenti ketika melihat Pak Heri sudah masuk ke kelasnya.

First or Last?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang