Athira mengaduk-aduk caramel macchiato di hadapannya dengan tidak teratur. Hari ini pertama kalinya ia tidak memesan hal yang ia sukai. Entah kenapa, tapi Athira tertarik untuk mencoba hal baru.
Sudah lebih dari 10 menit, tapi Rafa justru tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Ya, hari ini tepat hari jadi 1 bulan Athira dan Rafa. Kebetulan hari ini hari Sabtu, dan Rafa mengajak Athira untuk bertemu disini. Di cafe yang sedang Athira tempati ini.
Rafa tidak menjemput Athira, seperti biasanya. Entah apa alasannya, Athira berusaha untuk tidak ingin tau. Walaupun sebenarnya ia tidak bisa. 2 minggu terakhir hubungan mereka semakin hambar.
Tidak ada latenight chat, tidak ada makan di kantin bersama, tidak ada antar-jemput tiap pagi dan sore, tidak ada jalan-jalan tiap weekend, bahkan beberapa kali tidak berhubungan selama satu hari. Sehambar itu.
Athira mengetuk-ngetukkan jarinya pada meja kayu tersebut. Sudah 30 menit, terlanggar 20 menit dari apa yang dibilang Rafa. Tidak apa-apa. Athira sudah bisa memaklumi.
Suara gedubrak pintu terburu-buru dan derap langkah kaki menyadarkan Athira dari lamunannya. Ia mendongak mengikuti asal suara, kemudian tersenyum getir. Itu dia.
"Kamu nunggu lama, ya? Maaf. Aku beneran gak bisa ngira macetnya bakal sepanjang itu. Maaf, ya?" Serentatan kata-kata itu sudah seringkali Athira dengar.
Athira mengangkat satu bingkisan, kemudian tersenyum senang. "Gapapa. Ini, aku punya hadiah buat kamu. Selamat 1 bulan!" Kata Athira.
Rafa tersenyum manis, sampai Athira hampir jatuh lebih dalam lagi. "Makasih, pumpkin. Sweet as always, kado buat kamu ketinggalan di mobil. I'll give it to you later, kay?"
Athira mengangguk lucu, "Okay. Kamu pesen minum, sana. Nyetir macet-macet, pasti capek kan?"
Rafa mengelus puncak kepala Athira, "Okay."
Sementara Rafa memesan minumannya di kasir, Athira memainkan benda persegi panjang di tangannya. Karna tidak menemukan hal menarik, Athira mengunci kembali hp nya, kemudian menatap nanar pintu masuk kafe.
Bunyi gemerincing yang berasal dari bel di atas pintu masuk tersebut membuyarkan kembali lamunan Athira. Melihat siapa yang datang, Athira sukses membulatkan kedua matanya.
Mario?
Baru saja Athira ingin memanggil Mario, tetapi ketika melihat ada orang lain disana, Athira mengurungkan niatnya. Athira semakin penasaran ketika melihat tangan Mario menggenggam erat tangan cewek itu.
"Lagi ngeliatin apa, sih?" Tanya Rafa. Saking terfokusnya pada Mario, Athira sampai tidak menyadari Rafa sudah duduk di depannya selama 5 menit.
"Eh .. Loh kok kamu udah disini? Sejak kapan?" Tanya Athira.
Rafa terkekeh lucu, "Kamu tuh.. Kalau lagi fokus gak bisa banget di ganggu ya."
Athira menunjukkan deretan giginya pada Rafa. "Mau kemana lagi?"
Rafa mengecek jam tangannya, "Jam 2. Mau nonton bioskop gak?"
Athira mengangguk semangat. "I'd love to!"
Kemudian mereka berdua pun bergegas keluar dari kafe tersebut. Meninggalkan rasa penasaran Athira disana.
***
Mario merangkul pundak perempuan disampingnya. Sesuai janjinya dengan Edlyn, Mario benar-benar membuka hati. Jangan, jangan salah sangka dulu. Mario memilih perempuan ini bukan sekedar memilih, hanya saja ... Selama ini, perempuan disampingnya terus-terusan mengejarnya. Tidak perduli seberapa kasar Mario.
KAMU SEDANG MEMBACA
First or Last?
Teen Fiction"Cause no matter what's going on in the past, you still be the first and the last, for me."