Part 12

1K 55 0
                                    

"Ma... Mario?" Athira tiba-tiba tergagap melihat Mario di depannya. Mario yang merasa disebut namanya mengarahkan pandangannya pada wajah Athira, kemudian ia menunjukkan wajah yang sama terkejutnya.

"Eh elo... Hai Athira, duh sorr-- wait, lo udah tau nama gue?" Kata Mario sambil mengerutkan keningnya.

Athira merapikan buku di tangannya sambil terkekeh.

"Iya, cowo kepo. Gue kalau ketemu sama lo kenapa awalnya mesti jatuh mulu sih. Atau gak gue lagi sakit."

Mario menunjukkan cengirannya sambil mengusap tengkuknya.

"Gak papa. Amal. Hehe."

Athira memutar bola matanya, "Kenapa sih? Kok grogi banget? Biasanya enggak."

Mario membulatkan matanya ke arah Athira, kemudian tertawa sumbang.

"Hahaha. Grogi apanya, gu-- gue gak grogi."

Athira tertawa keras sampai memegangi perutnya, "Hahahaha anjir, gak grogi apanya lo gagap kaya gitu-- pftt-- hahahaha,"

Mario menunjukkan cengirannya lagi sambil mengusap wajahnya.

Gak boleh gini. Apaan sih kenapa jadi grogi. Batin Mario.

Setelah menyelesaikan tawanya, Athira kembali memandang Mario, "Eh, btw lo ngapain disini? Kayanya tadi buru-buru banget pas nabrak gue."

Mario menghembuskan nafasnya, "Gak buru-buru juga sih, cuma pengen cepet pulang aja. Tapi tanggung, ketemu lo juga disini."

"Emang kenapa kalau ketemu gue?"

"Jalan yuk." Tawar Mario dengan muka yang dipasang sedatar mungkin. Athira mengerutkan keningnya.

"Lo ngajak gue jalan? Seriously?" Katanya. Mario menganggukkan kepalanya perlahan.

"Ya kalau gak mau sih--"

"Mau kok. Tapi gue kesini naik bus doang, lo kesini pake apa?" Tanya Athira.

Mario tersenyum, "Pake bus juga. Yaudah sana lo bayar dulu, gue tunggu di depan ya."

Athira mengangguk sambil tersenyum ke arah Mario. Setelah Mario hilang di balik tikungan pintu masuk toko buku tersebut, Athira segera masuk ke antrian kasir untuk membayar bukunya. Ia memilih antrian yang tidak terlalu panjang, tentunya.

Selesai membayar, Athira segera berjalan keluar toko buku tersebut, disana sudah ada Mario yang sedang memainkan ponselnya.

"Hai. Udah nih," kata Athira. Mario menolehkan kepalanya ke arah Athira kemudian memasukkan ponsel ke dalam celananya.

"Oke. Yok," balas Mario. Dengan begitu, mereka berdua pun berjalan menuju halte bus di seberang toko buku.

"Ehm, Ra," panggil Mario ketika mereka sampai di ujung jalan untuk menyebrang.

"Apa?"

"Lo perlu di gandeng gak?" Tanya Mario. Athira yang mendengar nada polos dari bibir Mario kembali tertawa keras.

"Astaga-- HAHAHAHA. Lo tuh ya, beneran polos atau pura-pura polos sih? Tapi enggak, gue gak perlu di gandeng, kok."

Mario mengerucutkan bibirnya kesal, "Apanya yang lucu sih. Yaudah ayo nyebrang."

Kemudian mereka berdua pun berjalan untuk menyebrang ke arah halte bus. Tapi baru seperempat jalan, Athira sudah hampir tertabrak motor. Mario yang melihat itu reflek merangkul Athira.

"Kenapasi cewe suka sok-sokan banget. Kalau gak bisa hati-hati bilang." Kata Mario sambil sedikit mendengus kesal. Athira mematung ketika Mario merangkulnya.

First or Last?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang