Hari ini hari Senin. Yang seharusnya Athira bangun pagi-pagi, menyiapkan baju sekolahnya, mandi, memakai baju sekolah, sarapan, lalu berangkat ke sekolah diantar Mario ataupun Alex. Tetapi sepertinya seminggu kedepan Athira tidak akan melakukan rutinitas itu lagi.
Hari ini, Alex Ujian Nasional.
Antara sedih dan senang. Sedih, karena selama seminggu kedepan Alex akan sibuk berkutat dengan buku bukunya, tidak keluar kamar selama berjam-jam, bahkan ia rela makan di kamar, dan tidak ada waktu lagi untuk memikirkan Athira.
Senang, karena yang seperti murid lain rasakan. Libur. Tidak perlu berkutat dengan buku ataupun menyentuh seragam sekolah.
Athira menghembuskan nafasnya perlahan. Athira tidak tahu kemana Abangnya akan kuliah nanti. Athira mengerti dimanapun Alex akan kuliah nanti, ia harus selalu mendukung keputusan Abangnya. Tetapi sayangnya Athira tidak mau ditinggal orang yang ia sayangi untuk kedua kalinya.
Dengan alasan yang sama.
Dengan tujuan yang sama.
Dan meninggalkan rasa sakit yang sama.
Athira menyingkap selimut yang membungkus kakinya selama 3 jam terakhirㅡterhitung sejak ia mandiㅡdan menuruni tangga menuju meja makan.
Bosan.
Ia mengambil bungkus popcorn dan segelas susu kemudian membawanya ke ruang TV dimana ia akan menghabiskan sebagian waktunya. Athira akan memutar ulang semua kaset yang ada di laci selama seminggu ini.
Pertama kalinya dalam hidup Athira untuk melaksanakan movie marathon sendiri. Padahal seharusnya Alex ada disampingnya.
Dan Athira kembali memutar bola matanya karena kembali memikirkan Alex. Seakan-akan Alex akan benar benar pergi. Tetapi terkadang, memikirkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi adalah sifat alami manusia.
Athira memutar tombol play setelah memasukkan kaset ke dalam DVD player. Ia memperhatikan setiap adegan yang diputar dalam film tersebut sambil mengunyah pop corn di tangannya.
Dan sadar atau tidak, seminggu ini adalah waktu Athira untuk melatih dirinya untuk hidup mandiri. Tanpa Alex.
***
Mario menyesap cappucino di hadapannya. Keningnya berkerut samar. Ia mengecek hpnya untuk kesekian kali. Saking tidak sabarnya, ia membuka LINE lalu mulai mengetik pesan.
Mario Zevano: berapa lama lagi gue harus nunggu?
Tidak sampai 5 menit, pesannya langsung dibalas.
Alexander Verronzi P.: sabar sayang.
Kemudian Mario menyesali keputusannya.
Mario memutar-mutar pipet di dalam gelas cappucino nya untuk menghabiskan waktu. Sampai Alex duduk dihadapannya dengan baju sekolah dan senyum khas penyiksaan Ujian Nasional.
"Masih jaman sekolah?" Ejek Mario.
"Berisik lo." Balas Alex.
"Hehe. Mau ngomong apaan lo sama gue? Tumben gak sama Athira." Kata Mario.
Dengan satu tarikan nafas, Alex berkata. "Gue bakal kuliah di Jerman."
KAMU SEDANG MEMBACA
First or Last?
Teen Fiction"Cause no matter what's going on in the past, you still be the first and the last, for me."