Mario berseluncur menggunakan skateboard buluk kesayangannya ke dalam sekolah. Dan seperti biasa, mengabaikan teriakan cewek-cewek yang sedari tadi dilewatinya.
Mata elangnya menyapu ke arah seluruh penjuru sekolah. Dengan mulut yang sibuk mengunyah permen karet, ia menghampiri papan mading. Tempat yang akan selalu ramai setiap ada berita baru.
1 meter dari mading, Mario menghentikan skateboard nya, kemudian menurunkan kakinya dari skateboard tersebut. Setelah merapikan baju dan tasnya, ia pun menginjak sisi belakang skateboard itu agar mudah diambil. Kemudian ia berjalan santai ke arah mading.
"Hai, Mario! Apa kabar?" Kata salah seorang cewek. Mario menolehkan kepalanya ke arah cewek itu, menaikkan sebelah alisnya, lalu mengedikkan kedua bahunya.
"Baik."
Selalu.
Mario kembali memfokuskan pandangannya pada papan mading, satu kertas poster berwarna pink fanta berukuran besar tertempel di tengah-tengah mading. Mario membaca deretan tulisan pada mading tersebut,
"RAFAEL DAN ATHIRA AKHIRNYA JADIAN!"
Baru membaca judul poster tersebut, Mario sudah memalingkan mukanya lalu berjalan meninggalkan mading. Ia mengacak rambutnya asal dengan kening yang mengkerut.
Sial. Batinnya.
"MARIO! Itu ada apasih di mading? Kok rame?"
Suara itu. Mario hafal betul siapa yang memiliki suara se-menyenangkan ini. Ia dengan segera menolehkan kepalanya ke sumber suara.
"Oh, elo. Ya liat dong. Kok nanya gue." Ucap Mario.
Athira mengerucutkan bibirnya, "Gue tau lo abis dari mading tadi. Gue liat. Disana rame banget, gue males. Emang ada apa?"
Mario mengedikkan kedua bahunya, "Berita tentang lo sama Rafa. Gak tau lah. Bodo amat. Sana liat sendiri."
Kemudian Mario begitu saja meninggalkan Athira yang mengutuk-ngutuknya sambil menghentakkan kakinya.
Mario melangkah santai menuju kelasnya. Seperti tidak ada beban. Seperti semuanya baik-baik saja. Seperti dia tidak punya masalah. Dan kata seperti lainnya.
Mario, dengan segala rahasianya.
Ia memasuki kelas yang sudah hampir 6 bulan ia tempati. Crowded seperti biasanya. Kemudian dengan sekali gelengan kepala, Mario berjalan menuju tempat duduknya.
"Pagi Mario!"
"Pagi, Yo."
"Pagi, cogan."
"Pagi, hidden guy."
Mario mengangguk seraya tersenyum tipis mendengar sapaan kaum hawa dikelasnya. Selalu begitu tiap pagi, siang, sore, atau bahkan malam. Di chat.
Ah. Terlalu banyak kata selalu dalam hidup Mario.
"Wei, bro!" Sapa Aaron, teman sebangku sekaligus teman terdekat Mario. Tidak, sebenarnya tidak 'sedekat' itu. Tapi, yah, setidaknya Aaron ini yang paling dekat.
"Yoy, apaan?" Kata Mario, setelah ia menjatuhkan badannya pada bangku.
"Athira sama Rafa jadian tuh. Udah tau lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
First or Last?
Teen Fiction"Cause no matter what's going on in the past, you still be the first and the last, for me."