Part 29

841 50 2
                                    

Athira berjalan santai ke dalam kelas dengan senyum yang merekah. Senyum asli. Bukan palsu. Kemarin ia sudah bercerita kepada Alex tentang Rafa-- maupun Mario. Reaksi Alex? Tidak usah di tanya lagi.

Bahkan Athira sampai melarang Alex ke sekolah saking Abangnya itu bersemangat mematahkan salah satu tulang Rafa.

"Senyum mulu." Celetuk seseorang di belakang Athira. Athira menoleh, kemudian matanya membentuk bulan sabit saking lebarnya ia tersenyum.

"Mario!"

"Apa?"

"Hehe. Gak papa."

Mario terkekeh kemudian mengacak rambut Athira.

Athira ikut tertawa, kemudian ia menepuk pundak Mario dua kali sebelum ia masuk ke dalam kelasnya.

Hanya seperti itu. Athira masih punya hati untuk tidak terlalu dekat dengan Mario. Bagaimanapun, cowok itu sedang dalam masa pendekatan dengan cewek lain.

Athira menghempaskan badannya ke atas kursi yang sudah di kelilingi oleh ketiga temannya yang lain.

"Ra, tagih PJ tuh sama Cio." Celetuk Luna.

Athira mengerutkan keningnya, kemudian ia menjetikkan jari. "Oiya! Lo belum PJ-in kita!"

Cio mengerucutkan bibirnya. "Iya-iya besok deh. Gue gak punya uang."

"Romantis banget lagi nembaknya. Bikin iri yang jomblo aja." Dengus Athira.

Satu lagi, ia juga sudah bercerita tentang Rafa kepada 3 temannya. Bedanya, ia tidak menceritakan apapun tentang Mario.

Cio tertawa geer, "Rezeki cewek cantik."

"Gak mau tau, pokoknya PJ buat kita jangan lupa." Kata Luna sambil menyeruput kembali jus wortel yang di belinya tadi.

Athira merampas jus tersebut dari tangan Luna, kemudian ikut meminumnya.

"Ra, lo udah nge cek loker, belum? Kayanya lo belum ada nge cek loker lagi dari 2 bulan lalu." Tanya Dee.

Athira mengulum bibirnya. "Iya ya? Nanti deh pas pulang gue cek. Tapi bantuin ya?" Katanya sambil menunjukkan deretan gigi putihnya kepada ketiga temannya.

"Iyeee." Serempak ketiganya.

Kemudian Athira tertawa senang. Bahagia bagi Athira menjadi lebih mudah sekarang. Bahkan mungkin, sangat mudah.

***

Bel pulang akhirnya berbunyi.

Athira bersorak senang setelah memasukkan buku-bukunya ke dalam tas. Ia segera menyandang tasnya kemudian berjalan menuju loker.

Bersama ketiga temannya, akhirnya mereka sampai di depan loker yang sudah beberapa bulan belakangan tidak pernah di sentuh.

Athira mengintip melalui celah kecil pintu loker tersebut. Tapi yang ia lihat hanya gelap. Athira membuka loker tersebut, dan betapa terkejutnya ia melihat isi lokernya kosong tanpa ada satupun coklat, mawar, atau surat seperti biasanya.

First or Last?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang