19. Destiny, Misfortune, Flashback and Moment.

448 29 0
                                    


Chapter ini berisikan kisah masa lalu dari semua pihak tokoh yang ada di cerita ini dan akan ku tambahkan juga POV dari berbagai cast disini. I wish you understand. And... happy reading.

-----------—----—-----------------

Do Kyungsoo Flashback and POV.

Aku seorang anak laki-laki berumur 14 tahun. Kini aku sedang beradapan dengan pianoku. Membuka tutup tuts piano itu perlahan. Memerhatikan setiap warna hitam dan putih yang mengiasi warna piano itu.

"Oemma! Ajarkan aku bermain piano lagi!" Aku meneriaki oemmaku yang sedang berada di dapur.

"Sebentar, Kyungsoo." Tak lama oemmaku pun datang dari balik celah yang menghubungkan antara dapur dan ruang keluarga yang terdapat piano besar disana. Wanita paruh baya itu pun duduk disampingku. "Wae? Kau kan sudah pandai bermain ini, Kyungsoo. Kenapa kamu minta diajari lagi?" Tanya oemmaku.

"Oemma, aku minta diajari tentang Mozart. Itu sangat susah sekali, oemma." Aku merengek kala itu ini supaya aku dapat diajari langsung oleh eommaku.

Oemmaku dulunya seorang pianis wanita terkenal. Ia sangat cantik. Bukan hanya itu saja, ia juga memiliki hati yang sangat baik. Mungkin karena inilah, aboeji mencinta eomma. Entah kenapa aku selalu iri kepada aboeji yang memiliki oemma yang begitu sempurna.

Ya, aku sangat suka bermain piano. Itu karena oemmaku juga menyukainya. Oemmaku lah yang selalu mengajariku bermain alat musik ini. Selalu menuntunku dalam setiap penekanan terhadap tuts-tuts putih dan hitam yang selalu mewarnai hidupku karena terlalu sering memainkannya.

Clannad - Wind Spring.

Salah satu lagu kesukaan eommaku yang selalu aku mainkan. Lagu itu simple tak banyak kesulitan dalam memainkannya tetapi memiliki makna yang sangat bermakna.

Yirume - The Moment.

Lagu kesukaanku. Aku menyukainya karena lagu ini dapat menghanyutkan setiap moment dalam hidupku.

"Oeh, Kyungsoo-ya. Ayo kita mulai! Dari sini dulu ya..." oemma menuntunku untuk menekan tuts-tuts piano itu supaya dapat terdengar suara indah darinya. Dari piano itu.

Kring... kring...

Telepon rumahku berdering. Segera eommaku beranjak pergi mengarah ke suara yang terdengar olehnya. Aku menoleh ke arah gerak jalannya eommaku. Eommaku mengangkat telepon itu.

"Yoboseyeo?"

"Oemma! Cepatlah aku ingin segera menyelesaikan Mozart ini! Tutup saja teleponnya!" Pertintahku. Aku sangat manja kepada eommaku. Segala sesuatu yang aku pinta, selalu terujut. Karena aku selalu juga dimanjakan oleh kedua orang tuaku. Mungkin, karena aku pewaris tunggal keluargaku ini. Keluarga yang memiliki perusahaan grup bergengsi di kanca dunia. 'DOMIN grup' itu nama grup keluarga kami.

"Sebentar sayang, eomma takut ini adalah hal yang penting." Balas oemmaku yang masih menggenggam gagang telepon.

"Palliwa eomma!" Tihtahku lagi sambil merengek, bukan sekarang aku menangis. Aku berumur 14 tahun? Ya, itu hanya urutan angka, tapi sebenarnya kelakuanku masih seperti anak berumur 5 tahun.

"Sebentar, Kyungsoo-ya." Jerit eommaku, maklum jarak eommaku dan aku lumayan terlentang jauh. "Mianata, boleh anda ulangi?" Eommaku sekarang sudah berbicara di teleponnya. Aku tak dapat mendengar apa yang dikatakannya yang disebabkan terlentangnya jarak diantara kami.

"NE?!?!" Oemmaku tampak panik. Ia melepaskan ganggang telepon yang tadi berada di genggamannya. Aku melihat oemma tergeletak lemah di lantai. Aku masih tidak mengerti keadaan apa yang sekarang dialami oemmaku.

Love Is Moment [D.O FanFiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang