Enam

740 38 3
                                    

Kejadian semalam membuat Shilla tak ingin kembali berurusan dengan Tuan Rio itu rasanya.

Degupan jantung yang cepat itu membuat Shilla merasa takut. Ia tidak mengerti mengapa jantungnya seperti itu padahal ia tidak pernah ada riwayat penderita penyakit jantung.

"Lamun aja kamu. Mikirin apaan?"

Shilla tersadar dari lamunannya kemudian menggeleng pelan. "Ah gapapa."

"Oh iya, denger-denger katanya kakakmu ketua di bagian penyelidik ya?" kata pelayan iu lagi yang kini duduk disampingnya. Dan shilla menanggapinya dengan mengangguk tersenyum.

"Wah hebat. Dia orang pintar kah?"

Shilla mengangguk antusias. "Waktu itu dia ikut ujian istana. Trus dimasukin ke bagian penyelidik deh. Katanya dia pernah nyelidikin kasus yang penting gitu yang berkaitan sama keselamatan Raja. Trus berhasil. Akhirnya Raja ngangkat dia jadi ketua." ceritanya panjang lebar.

"Wah.. Hebat tuh. Namanya? Umurnya berapa?"

"24.. Gabriel."

***

Gadis itu berjalan dengan langkah perlahan membawa keranjang berwarna hijau menuju paviliun timur. Tempat bercokolnya Putri mahkota. Sejauh ini, sejak putri mahkota singgah di istana ia belum pernah sama sekali melihat wajah gadis yang kata orang-orang cantik itu.

Kali ini ia berkesempatan mengantarkan cucian bersih ke paviliun timur.

Setelah dipersilahkan masuk gadis itu membungkuk memberi salam sopan pada Putri dihadapannya itu. Ify tersenyum menyambut gadis tadi.

"Dress panjang tolong dipisah sama dress yang pendek ya." pesan gadis itu ramah sambil menyunggingkan senyumnya.

Shilla mengangguk sopan kemudian berjalan menuju ruang pakaian milik gadis itu. Ia kali ini benar-benar terpana dengan dress-dress dihadapannya. Semua dress berwarna putih. Tak ada warna lain. Tapi berbagai macam model ada disini. Dari berbagai bahan. Ada dress dengan panjangnya bermacam-macam. Motifnya juga bermacam-macam.

Benar-benar pemandangan indah nan mahal. Hanya saja beberapa pakaian berwarna yang dibawanya dari rumah saat memasuki istana. Gunanya adalah jika pakaian itu dipakai untuk di luar istana. Berbagai macam heels, wedges dan flat juga ada. Hanya saja tidak ada celana. Ya. Putri tidak diperbolehkan memakai sebuah celana.

Dan semua barang di istana termasuk pakaian dan sepatu memiliki embos kerajaan. Sehingga jika keluarga kerajaan keluar tanpa berganti baju yang bukan buatan istana ia akan mudah dikenali sebagai keluarga kerajaan.

Untuk menghindari itu, mereka masing-masing memiliki stok pakaian dan sepatu dari luar istana paling tidak 5 setel.

Di dalam ruangan itu juga Shilla menemukan berbagai macam tiara indah. Sangat indah. Mulai dari yang sangat kecil hingga besar. Ada yang berwarna emas dan perak. Dengan berbagai mutiara dan permata sebagai pembumbu indah tiara itu.

Masih takjub dengan semua itu tiba-tiba gadis lain datang, dengan setelan dress pendek bahu sabrinanya itu.

Ia tersenyum. "Dress yang warna merah itu taruhnya didalam laci ya. Yang disitu." tunjuknya ke laci yang berada dipojokkan.

Shilla mengangguk kemudian beranjak ke laci yang dimaksud itu.

"Itu dress yang paling berharga. Kenang-kenangan dari almarhum ibu saya." jelas Ify sambil mendekat ke arah laci-laci mungil. Sepertinya tempat accessoris.

"Nama kamu siapa?" tanyanya lagi pada Shilla.

"Ashilla.. Ashillatiara damanik." jelasnya sopan.

Holding Sky in The PalaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang