Tiga Belas

552 35 2
                                    

Beberapa bulan berlalu. Rio dan Shilla tak pernah bertemu semenjak hari itu. Hati Shilla juga tak terasa terluka. Begitupun dengan Rio. Mereka sama-sama berusaha kembali seperti dulu sebelum saling mengenal.

"Permisi, saya mau antar cucian bersih." kata seorang gadis dengan senyum manisnya.

Pelayan utama pria bernama Daud itu mengangguk kemudian meminta izin pada Rio untuk mengizinkan gadis itu masuk.

Setelah mendapat izin, gadis itu akhirnya masuk dan menundukkan kepala saat mendapati 'Yang mulia' itu tengah membaca beberapa berkas di mejanya.

Rio mendongak ketika suara pintu terbuka. Melihat gadis itu menunduk ia pun menganggukan kepalanya kemudian kembali terpaku pada berkas dimejanya itu.

Shilla pun berjalan memasuki ruang pakaian. Merapikannya dan setelah selesai ia pun kembali melangkah keluar.

Kembali pamit pada sang Raja. Setelah itu Shilla pun berjalan mendekati pintu berniat keluar.

"Shilla..." panggil Rio saat gadis itu baru saja ingin membuka pintu.

Gadis itu pun berbalik arah dan kini menatap pemuda dihadapannya canggung. "Ya, yang mulia?"

"Mulai hari ini kamu saya pindahkan dari area cuci ya?" pemuda dengan kacamata diwajahnya itu tersenyum simpul. Seperti tak ada sesuatu yang pernah terjadi di antara mereka.

Shilla kini menatap pemuda yang semakin hari terlihat lebih dewasa itu dengan tatapan tak mengerti. "Ya? Maksud yang mulia?"

"Saya mau kamu jadi pelayan khusus istana."

"Ya?" kali ini Shilla membelalak. Apa yang sedang yang mulia rencanakan?

"Kenapa? Kok kaya kaget gitu.."

Shilla menggeleng. "Gak kenapa-kenapa. Tapi kenapa tiba-tiba.. Yang mulia?"

Rio membenarkan letak kacamatanya sebentar. "Saya cuma merasa kamu cocok disana. Ini juga atas rasa bersalah saya selama ini."

Pemuda itu kemudian mengambil ponsel yang berada di laci sebelah kanannya. "Bawa gadis ini ke asrama pelayan khusus ya. Kalau nanti mereka tanya, bilang ini perintah dari saya." kata Rio pada seseorang di ujung telepon sana.

Shilla hanya terdiam. Memperhatikan pemuda yang semakin menunjukkan kebijaksanaan pada dirinya. Pemuda itu kini tumbuh menjadi lebih dewasa dan bertanggung jawab. Terlihat sangat kokoh.

Tak lama dari itu, Daud memasuki ruangan itu dan mengisyaratkan pada gadis itu untuk mengikutinya keluar.

Shilla pun pamit pada Rio dan melangkah keluar mengikuti Daud. Sedangkan Rio kembali membaca rentetan huruf di berkas-berkas menumpuk itu.

***

"Ambilkan seragam pelayan khusus untuk dia. Sekarang dia bagian dari kalian."

Semua mata menatap sinis ke arah Shilla. Gadis itu memakai pakaian pelayan cuci, pelayan paling rendah di istana. Dan sekarang dipindahkan ke pelayan khusus yang berada di tingkat kedua?

Semua gadis disana merasa tak percaya. Bagaimana bisa?

"Gimana bisa orang miskin kaya dia masuk jadi pelayan khusus?" celetuk salah satu pelayan yang menatap Shilla dengan tatapan menjijikan itu.

Daud menghela nafas "Ini perintah dari Raja."

Kini gadis itu terdiam. Merasa tak percaya. Benar-benar tak percaya. Bagaimana bisa Raja memerintahkan hal seperti ini yang seharusnya bukan menjadi kepentingannya?

Shilla hanya diam. Tak ingin banyak bicara atau mencoba membela diri. Ia hanya pasrah apa yang akan dihadapinya sekarang. Mungkin akan sulit dari yang ia bayangkan.

Holding Sky in The PalaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang