Rio mengambil mahkota yang berada dalam kota di genggaman pelayannya, Daud. Kemudian dengan tersenyum lebar, ia menaruh mahkota tersebut di atas kepala gadis yang berada dihadapannya.
Gadis yang tengah dinobatkan itu tampak anggun sekali dengan dress berwarna putih dengan bagian rok dress yang tampak mekar, dan memanjang di bagian belakangnya. Benar-benar seperti gaun seorang putri di negeri dongeng. Tapi kali ini bukan negeri dongeng, ini nyata.
"Kau siap kan Ratuku? Tanggung jawabmu kini besar.." ucapnya masih dengan senyuman lebarnya. Rio nampak sangat bahagia hari ini. Moment yang benar-benar ia tunggu selama ini. Walaupun ia juga tak menduga jika ini akan terjadi.
Shilla tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca. Ia benar-benar tak menyangka, bahwa perjuangannya kini sama sekali tidak sia-sia. Rintangan demi rintangan sudah terlewati kini ia hanya akan menyambut bahagianya perlahan-lahan. "Ya aku siap.."
Rio tersenyum lebar kembali kemudian ia mendekatkan dirinya pada Shilla dan mencium kening wanitanya itu. "Queen Ashilla, you're mine..." bisiknya pelan.
"Yes, King Mario.. I'm yours.."
Rio pun menarik gadis itu kedalam pelukannya. Dan nampaknya seluruh rakyat maupun yang berada di istana ikut merasakan kehangatan yang ada. Ada pemandangan yang begitu membuat semua orang merasa bahagia. Walaupun hanya ada satu orang yang tidak, Ify. Tapi bukan karna melihat pemandangan romantis di hadapannya itu. Tapi ia sedih, mengingat selesai acara ayahnya akan menjalani hukumannya.
Shilla menjadi Ratu, hal yang membuat seorang wanita menyaksikan penobatan itu dengan berkaca-kaca. Putrinya kini menjadi wanita nomor satu di negaranya. Ia duduk di bangku depan, mengenakan dress yang di beri oleh Shilla. Berdampingan dengan Gabriel yang memakai jas dan juga Ivona.
Ivona kini tak bisa berbuat apa-apa lagi selain menyerahkan semuanya pada Rio. Ia tak akan ikut campur, ataupun protes terhadap keputusan Rio. Ia juga sudah mulai menerima Shilla.
Acara pun hanya berjalan sekitar dua jam. Dan setelah itupun Aula sudah kembali lengang. Semua sekarang sedang di sibukkan dengan mengisi barang-barang di paviliun tengah kembali. Dan keberadaan Ratu baru itu kini tengah berdiam diri di paviliun sang Raja sembari menunggu paviliunnya selesai.
"Sekarang paviliun kita berdekatan.." gumam Rio sambil tersenyum bahagia. Sebenarnya senyum itu seperti biasanya, tapi bisa terlihat sekali aura pemuda itu kini tengah sangat bahagia.
Setelah meneguk teh di cangkir, Shilla ikut tersenyum "Tapi aku gak bisa moveon dari paviliun barat. Banyak banget kenangan disana. Mulai dari aku masih jadi pelayan cuci juga.." tuturnya.
Rio mengusap puncak kepala gadis tersebut masih dengan senyum yang mengembang "Kelak, anak kita yang menempati paviliun itu." membuat Shilla semakin tersipu.
"Kamu tunggu disini aja sampe paviliun tengah selesai. Tidur saja di tempat tidurku kalau lelah. Aku harus mengurus proses hukuman Ranzi.."
Shilla meneguk ludah "Kau tidak bisa meringankan hukuman itu lagi?"
Rio menggeleng pasti "Tidak. Aku pergi dulu ya.." katanya kemudian melangkah keluar paviliun tersebut.
"Yang mulia kau mau kemana?" tanya Daud ketika mendapati Rio melangkah keluar paviliunnya.
"Aku harus ke ruang belakang penyelidik. Bukankah beberapa menit lagi hukuman akan berjalan?" Daud mengangguk kemudian mulai mengikuti Rio dari belakang.
Disana Ranzi nampak sangat lemah dan sepertinya ia sudah pasrah atas hukuman yang diberikan padanya nanti. Rio hanya menatap Ranzi lekat "Ify turun tahta, itu karnamu. Coba saja kau tidak berbuat nekat. Ia masih akan tetap pada posisinya. Kau sendiri yang menghancurkan putrimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Holding Sky in The Palace
RomanceKetika sebuah takdir berjalan tak seperti yang di inginkan. Membuat sebuah barang berharga bernama hati itu terluka. Merasakan bimbang yang luar biasa. Ingin berjuang tapi semua orang melarang dan memisahkan. Membuat hati terasa amat sakit berkali-k...