Tiga Puluh Satu

638 60 10
                                    

Tadi pagi, di aula istana Rio sudah memutuskan untuk menjatuhkan hukuman pada Ranzi. Namun, berhubung ia adalah ayah dari Ratu. Ia akan sedikit meringankan proses hukuman tersebut. Dan akhirnya kasus selesai, dan itu membuat beban Rio terasa sedikit lebih ringan.

Malam ini, Rio memutuskan untuk mengunjungi paviliun barat. Rio mengajak gadis itu untuk berbicara di jembatan yang ada di paviliun tersebut seperti dulu. Sudah lama sekali Rio tidak pernah berbicara dengan Shilla disana. Tempat yang menyimpan banyak sekali kenangannya dengan Shilla.

"Bagaimana keadaan Ratu? Apa dia masih terpukul?" Shilla membuka pembicaraan.

Rio menoleh sambil menghela nafas "Aku gak tahu. Dia gak mau ketemu siapa-siapa. Akhirnya Bryan juga diurus sama pelayan dari timur."

"Yaudah. Mungkin dia masih terpukul. Apalagi denger ayahnya bakal dapet hukuman.."

Rio tersenyum kemudian meraih tangan Shilla "Yaudah bahas lain aja. Oh ya, udah lama ya kita gak ngobrol, duduk berdua disini.."

Gadis itu mengangguk juga sambil tersenyum simpul "Iya.." gumamnya. Namun, sedetik kemudian Rio bangkit dari posisinya kemudian berdiri dihadapan Rio.

"Maaf ya aku jadi gak bisa sesering biasanya ngunjungin kamu. Kamu tahu sendiri kan gimana masalah di istana.. Tapi sekarang udah selesai.."

Shilla pun ikut berdiri menghadap Rio kemudian memeluknya "Aku kangen banget sama kamu. Udah jarang banget meluk kamu gini."

Rio tersenyum lebar, senang juga ternyata Shilla bila memeluknya tanpa disuruh terlebih dahulu. Biasanya juga selalu Rio yang memeluknya terlebih dahulu.

Pemuda itu mengusap kepala gadis yang memeluknya itu namun kemudian melepaskannya "Kamu kok gendutan ya?"

"Ha?" Shilla membelalak. Astaga. Apa Rio menyadari perutnya yang membuncit? Setahu Shilla perutnya ini belum terlalu besar.

Rio tertawa kemudian menyentil dahi gadisnya itu "Hey, kaget banget. Kamu gendut aku tetep cinta kok." katanya sambil mengedipkan sebelah matanya. Genit.

Shilla mengerucutkan bibirnya "Belajar gombal dari mana kamu? Sok kaya anak muda.."

"Ini juga masih muda kali. Raja muda.." sahut Rio sambil menaikturunkan kedua alisnya membuat Shilla tak bisa menahan tawanya.

Rio tersenyum lebar saat gadis itu masih tertawa lepas. Rasanya lega dan bahagia sekali melihat gadis itu tertawa lagi.

Tak memakan waktu lama Shilla pun menghentikan tawanya. "Yo.."

"Apa baby?"

"Ih apaan sih.." Shilla memutar bola matanya. Astaga. Rio ini memang selalu bisa membuatnya tak berhenti tersenyum.

"Haha.. Ya kenapa?"

Shilla mengulum bibirnya kemudian meraih tangan Rio, mengarahkan ke perutnya "Emangnya, kerasa ya aku gendutan?"

Rio mengernyit merasakan tangannya yang di letakkan Shilla di perutnya. "Sedikit. Emangnya kamu abis makan banyak ya? Haha.."

"Ihh Rio, aku serius.."

"Iya sayang.." Rio menatap Shilla lekat "Emangnya kenapa?" lanjutnya.

Shilla menghela nafas, merasakan jantungnya sedikit berdetak lebih cepat "Sebenernya.. Aku..." Rio semakin melekatkan pandangannya pada gadis itu. Menunggu kata-kata yang keluar setelahnya.

"Aku hamil lagi.."

"Hah?" Rio membelalakan matanya. "Anak siapa?"

Shilla memanyunkan bibirnya "Ih gitu.."

Holding Sky in The PalaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang