Tiga Puluh

648 62 9
                                    

"Ranzi? Ayah Ify?" Rio masih tak percaya menatap isi hasil pemeriksaan itu walaupun sebenarnya ia sudah menduga-duga sebelumnya. Lalu, bisakah seorang Raja menghukum ayah dari seorang Ratu?

Sedangkan Gabriel hanya mengangguk menatap Rio yang sepertinya masih sedikit tak percaya itu.

Sambil kembali memasukan hasil tersebut ke amplopnya lagi, Rio menatap Gabriel lekat "Kalau bisa, rahasiakan pemanggilan interogasi Ranzi pada Ratu.. Aku takut ia akan bersedih dan berdampak pada Bryanku.."

Gabriel menghela nafas kemudian mengangguk "Baik, Yang mulia.." setelah itu Gabriel pun melangkah keluar paviliun utama tersebut menuju kantor penyelidiknya untuk mempersiapkan proses interogasi terhadap Ranzi.

Sedangkan Rio yang semulanya terdiam dahulu, kini ia melangkahkan kaki menuju Paviliun tengah bersama para pelayannya.

Setelah di dalam, Ify yang tengah bermain dengan putranya kini menoleh ketika mendapati Rio berdiri di dekat pintu "Yang mulia..."

Rio tersenyum tipis kemudian mendekat, ia menatap Ify lekat tanpa berbicara. Apa gadis ini tak mengetahui perbuatan ayahnya itu? Apa ia benar-benar tidak tahu sama sekali? Lalu bagaimana ia akan bertindak nantinya jika Ranzi akan di interogasi? Karna bagaimanapun Ify pasti akan ikut di interogasi..

"Ada apa, Yang mulia? Kau sedari tadi hanya diam.."

Rio membuyarkan lamunanya kemudian menggeleng "Aku hanya ingin mengunjungimu dan Bryan.."

Ify tersenyum namun setelah itu ia menatap Rio lekat, lekat sekali "Yang mulia, apa benar kau sudah mendatangkan gadis itu kembali?"

"Iya.." jawabnya singkat.

"Baiklah, tapi kau tidak akan pernah membiarkan Bryan kan?.. Setelah dia datang.."

Rio menoleh pada Ify lalu menggeleng "Untuk apa aku membiarkannya?"

"Tidak apa-apa.. Pasti nantinya kau akan lebih sering mengunjungi paviliun barat bukan paviliunku lagi.."

"Sudahlah Ratu.. Tak usah membahas itu.."

Ify mendengus "Baiklah.."

***

Gabriel melakukan pemanggilan terhadap Ranzi pada tengah malam ini. Saat istana sepi. Terutama saat paviliun Ratu sudah mematikan lampunya, pertanda mereka sudah terlelap.

"Kau memanggilku lagi? Untuk apa? Kasus apa lagi yang dituduhkan padaku?" kata Ranzi namun Gabriel tak menjawab, tapi para petugas lainnya membawa Ranzi dengan paksa menuju kantor penyelidik untuk melakukan interogasi.

Beberapa saat pun mereka sudah tiba di ruang interogasi. Gabriel pun langsung mempersiapkan beberapa rangkaian pertanyaan soal kejadian terhadap percobaan pembunuhan itu.

Gabriel menyodorkan pisau kecil yang dibungkus oleh plastik transparan. Membuat Ranzi sedikit tertohok. "Kau pasti mengenal ini, ini adalah pisau produksi istana yang biasanya digunakan oleh para menteri atau pejabat tinggi lainnya."

Pisau tersebut sebagian besat terbuat dari kayu begitupun dengan penutupnya. Kayu tersebut berwarna merah dengan ukiran-ukiran dan lambang istana yang berwarna emas. "Dan ternyata hasil sidik jari kali ini terdapat sidik jarimu.. Apa kau melakukan percobaan pembunuhan pada Nona Shilla sewaktu ia masih di luar kota?"

Holding Sky in The PalaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang