Dua Puluh Satu

564 29 0
                                    

Setelah Ify meninggalkan paviliun barat kini Shilla kembali kedatangan tamu yang mengunjunginya. Seorang pria dewasa yang mengenakan pin menteri. Sepertinya dia memang salah satu menteri di istana ini.

"Ada apa, Tuan?"

"Nona, saya datang kesini untuk memberi selamat atas kehamilanmu. Ini berita yang sangat baik untuk istana."

Shilla tersenyum "Ah itu rupanya. Sepertinya kabar ini tidak terlalu baik."

Pria dewasa itu bernama Sam. Ia bekerja sebagai menteri keuangan negara.

"Mengapa nona beranggapan seperti itu?"

"Ah tidak apa-apa. Hanya saja aku merasa banyak yang tidak menginginkan kehadiran ini. Karna status sosialku."

Pria itu tersenyum "Nona tidak usah khawatir, saya akan membantumu. Posisimu tidak salah, mereka terlalu haus akan kekuasaan."

Shilla hanya tersenyum tak menanggapi perkataan pria itu.

***

Hari sudah pagi, matahari sudah kembali dari persembunyiannya. Sudah pukul 07:30 pagi dan sang Raja negeri itu sudah melangkah menuju halaman depan istana untuk bersiap pergi.

Sang gadis dengan dress berwarna toscha itu juga sudah melangkah keluar dari paviliunnya. Gadis itu kini melangkah menuju pemudanya yang sudah menunggu di dalam mobil.

Seseorang membukakan pintu penumpang mobil itu, mempersilahkan gadis tadi untuk masuk. Didalam mobil itu gadis tadi melihat pemudanya sudah tersenyum sambil mempersilahkan ia untuk duduk.

Mobil dengan ukuran yang sangat luas itu memiliki sebuah tv led 42" didalamnya. Gadis itu cukup takjub juga, beginikah suasana di mobil mewah orang kaya? Layaknya hotel yang berjalan.

Dimobil itu, bangku aslinya sudah diganti dengan sofa empuk berwarna merah. Ditengah sofa antara Rio dan Shilla kini duduk terdapat meja kecil. Ada laci kecil juga disana. Di atas meja tersedia dua gelas dan satu botol wine.

Shilla juga merasa betul, mobil ini tahan terhadap guncangan. Begitu tidak terasa guncangan apapun didalam. Sungguh nyaman. Berbeda dengan angkutan umum yang sering ia naiki. Sangat terasa guncangan itu jika mobil melewati sebuah lubang. Punggung pun terasa sakit akibat guncangan keras.

"Udah ngehubungin ibumu lagi kalo kita udah mau berangkat?" tanya Rio yang kini membuyarkan lamunannya.

Shilla menoleh cepat sambil tersenyum tipis "Udah, tadi sebelum aku keluar dari paviliunku."

"Oh yaudah kalau begitu."

Perjalanan tak cukup memakan waktu lama karna jarak pun tak cukup jauh dari Istana. Walaupun Shilla sudah meminta untuk berjalan kaki saja karna tapi itu tidaklah mungkin untuk seorang Raja kan? Bahkan ia juga sekarang bukanlah seorang gadis biasa. Ia harus menjaga kehormatannya juga.

"Sudah sampai..." gumam Shilla saat mobilnya sudah berhenti tepat di halaman depan rumah kecilnya itu. Dalam hati ia juga sedikit tidak enak hati Rio harus menginjakkan kakinya di rumah kumuhnya itu.

Rio tersenyum penuh semangat sambil menoleh pada gadisnya itu, tak lama pun pengawal mereka yang berada di mobil lain itupun membukakan pintu mereka.

Seorang wanita dengan setelan berwarna biru itu tampak membelalak saat mendapati Shilla -anak perempuannya- keluar dari sebuah mobil mewah bersama dengan... Pemuda tampan yang adalah seorang Raja.

Wanita itu berdiri tepat di depan pintu, ternyata Gabriel juga datang bersama mereka. Namun, Gabriel menumpangi mobil pengawal terdepan.

Shilla tersenyum mendapati Ibunya berada di depan pintu sambil tersenyum ke arahnya. Ia menoleh ke arah Rio yang juga menoleh ke arahnya. Rio tersenyum "Ayo.."

Holding Sky in The PalaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang