Sepuluh

579 33 1
                                    

Dua tahun berlalu sudah. Pemuda labil, urakan itu kini semakin terlihat dewasa dan terbiasa dengan aktivitas politiknya. Walaupun sikap tengilnya tidak hilang.

Sebulan lagi. Ya. Tahta itu akan segera dinaikinya bersama gadisnya. Siap atau tidak itulah yang harus dijalaninya.

Kini istana sedang mempersiapkan dokumen, perayaan untuk pergantian tahta itu. Ayah dan Ibunya akan turun dari tahta dan meninggalkan istana. Dan ia mau tidak mau harus menghadapi kerasnya hidup di Istana dengan sendirian. Memutuskan semuanya sendiri karena sebagai Raja ia tak bisa mempercayai siapapun selain dirinya sendiri.

Rio memejamkan mata. Mencoba menghilangkan segala ketakutannya. Karna ia tahu betul, politik, kekuasaan kapanpun bisa merubah seseorang menjadi jahat. Dan Rio takut orang-orang disekitarnya ini akan berubah seperti itu.

Di istana, demi kekuasaan siapapun akan berusaha melakukan apapun walaupun berbuat hal yang jahat sekalipun.

***

Shilla sudah mendengar jelas berita yang beredar di kalangan masyarakat. Berita-berita ditelevisi juga terus membicarakan ini.

Hal yang besar itu akan terjadi. Kini pemerintahan Raja Davara dan Ratu Ivona sudah berada pada penghujungnya dan akan segera digantikan dengan Raja Mario dan Ratu Alyssa.

Shilla tersenyum simpul. Tuan.. Tahta itu sebentar lagi berada pada genggamanmu. Apa tuan masih ingat janji itu? Katanya lirih.

Berbeda dengan Rio yang semakin terbiasa dengan ketidakhadiran Shilla. Gadis itu selama 2 tahun ini terus menangis setiap harinya. Rasa rindu, rasa sakit terus menjalari tubuhnya. Membuatnya tak bisa fokus, tak bisa tertidur pulas. Membuatnya benar-benar semakin kacau. Membuatnya semakin ingin menggunakan egonya.

Tuan... Bolehkah saya menagih janji itu?

Kini Shilla semakin meyakinkan dirinya untuk kembali ke istana bagaimanapun caranya. Cukup dengan melihatnya dari jauh mungkin akan mengurangi rasa sesak dan nyeri di dadanya itu.

***

"Kau merasa takut?" tanya Ify pelan.

Rio mengangguk jujur. Gadis itupun tetsenyum. "Tuan sudah cukup kuat sejauh ini. Tak ada yang perlu ditakutkan." katanya lagi.

Kini Rio tersenyum "Mulai nanti saya tidak boleh mempercayai siapapun. Dan aku berharap kamu tidak akan pergi ke jalur yang membuatku harus menyakitimu."

"Aku sudah terlalu banyak menyakitimu selama ini." ujar Rio lagi sambil menggenggam tangan gadis itu.

Ify tersenyum. "Jangan terlalu mengkhawatirkan aku. Aku tak apa-apa."

Gadis itu merasa benar-benar bersyukur. Tujuannya. Memiliki hati pemuda itu akan semakin tercapai walaupun membutuh proses lebih lama. Tujuan lainnya untuk menjadi Ratu negeri ini juga akan segera terwujud.

Impiannya. Impian yang tertanam sejak ia masih kecil. Menjadi wanita nomor satu di negeri itu. Mendapat tahta tertinggi yang banyak diinginkan oleh semua wanita.

Terlihat jelas. Betapa ambisius sekali dirinya. Ia menanamkan keyakinan dalam hati untuk tak akan menyerahkan posisi itu nantinya pada siapapun atau.. Ia akan melakukan konsekuensi apapun pada orang yang berani menggoyahkannya diposisi itu.

***

"Bagaimana perasaanmu? Tentang hari esok." tanya Davara yang baru saja mengunjungi paviliun selatan itu.

Rio menatap ayahnya sembari tersenyum lirih. "Takut.."

Davara tertawa kecil. "Tak ada yang perlu kamu takutkan. Percayalah."

Holding Sky in The PalaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang