Enam Belas

653 39 1
                                    

Setelah itu Rio mengajak Shilla ke paviliunnya beserta Gabriel.

Rio juga memerintahkan para pelayannya untuk membersihkan dan mengisi barang-barang di paviliun barat. Untuk tempat bercokolnya Shilla.

Shilla masih diam belum bisa berkata apa-apa terhadap kejadian yang mengubah hidupnya perlahan.

"Kok daritadi diem aja sih Shill?"

Shilla kini menoleh kemudian mengggeleng. "Aku.. takut."

Pemuda itu tersenyum "Gue bakal lindungin lo. Ini cara satu-satunya."

Shilla menoleh ke arah Gabriel dan hanya direspon anggukan oleh Gabriel yang berarti menyetujui.

"Kakak rasa kamu memang harus naik Shilla. Kamu sudah terlanjur masuk ke kehidupan seorang Raja. Dengan posisi kamu nanti, setidaknya jika ada yang menyakitimu bisa mendapat hukuman. Kakak bakal bantu Yang mulia buat terus lindungin kamu."

Rio mengangguk sambil tersenyum. "I'm yours, You're mine. Langit itu mampu menggenggam tanganmu pada akhirnya kan. Berarti kekuatanku udah ekstraa.. haha.."

Shilla hanya tersenyum. "Bagaimana dengan Ratu?"

"Biarkan saja."

***

Istana saat ini disibukkan dengan pengisian paviliun barat dan persiapan acara pelantikan Shilla sebagai selir dan pernikannya dengan Rio.

Kabar inipun sampai ke telinga Davara dan Ivona yang berada di luar istana.

"Oh ya? Anak itu memang nakal. Bagaimana bisa dia memiliki dua istri dan mengalahkanku?" Davara pun tertawa.

Kabar itu dikabarkan oleh salah satu pelayan dalam istana yang memang bertugas untuk memberi kabar.

"Selir? Berasal dari keluarga mana?" Kata Ivona yang nampak terkejut dengan kabar tersebut.

"Sudahlah, nanti bisa kita tanyakan saat mengunjungi mereka di hari pernikahannya."

***

Rio memperhatikan para pelayan-pelayan yang tengah menata barang-barang di paviliun barat bersama Shilla.

Gadis itu menggunakan wedges dengan dress berwarna abu-abu dengan rambut yang terurai rapi.

"Bagaimana? Kau suka dekorasinya?"

Shilla mengangguk. "Ya." Katanya sambil tersenyum sementara kedua tangan mereka saling menggenggam.

"Ikut aku sebentar." Bisik Rio kemudian menarik pelan lengan gadis itu menuju sebuah jembatan.

Rio menghela nafas kemudian mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Sebuah bros berbentuk bulan sabit dan meletakkannya ditelapak tangan gadis itu

"Sebenernya pengen ngasih bentuk langit. Tapi aku gak tahu bentuk langit gimana dan kayaknya gak ada yang jual."

Shilla tertawa "Makasih.." sambil melihat bros berwarna emas itu.

"Ett, tunggu sebenernya bukan itu hadiahnya."

Rio pun mengeluarkan sebuah kalung dari saku jasnya. Kalung berwarna perak dengan liontin berbentuk sama seperti bros tadi.

"Lukanya udah gak sakit banget kan?"

Shilla mengangguk. Kemudian Rio memasang kalung tersebut pada leher gadis itu.

Setelah kalung itu terpasang Shilla pun melihat liontin itu sambil tersenyum. Namun setelah dilihat-lihat ia menemukan sebuah ukiran kecil berbentuk 'M'. Membuat Shilla kini menatap Rio sambil menaikkan alis.

Holding Sky in The PalaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang