Tujuh

643 38 2
                                    

Semua orang sudah berkumpul di Aula utama. Tempat pernikahan itu dilangsungkan. Sekitar satu jam lagi acara akan dimulai.

Rio begitupula dengan Ify masih berada di paviliun masing-masing. Masih bersiap-siap.

Rio mempersiapkan hatinya. Dan Ify masih mempersiapkan penampilannya.

"Menurutmu yang mana?" kata Ify sambil mengacungkan dua buah tiara berwarna emas dengan hiasan mutiara-mutiara berwarna putih namun berbeda bentuk.

Shilla hanya menatap kedua tiara itu miris. Dan sontak menunjuk tiara di tangan kanan Ify. Tiara yang simpel kecil namun terlihat mewah dan anggun.

Di lain tempat. Di paviliun selatan. Rio terus saja melamun. Mempersiapkan hatinya. Kemudian berjalan keluar menuju aula utama sebelum acara benar-benar dimulai.

Setelah menunggu beberapa menit. Akhirnya acarapun dimulai. Rio sudah menunggu di aula utama bersama Raja dan Ratu.

Tak lama, seorang gadis dengan gaun panjangnya melangkah melewati karpet merah panjang itu menuju tempat Rio berdiri menunggunya. Gadis itu digandeng oleh ayahnya Ramzi Fadara yang adalah menteri di Istana ini.

Sesampainya didekat Rio, pemuda itu meraih tangan Ify sambil tersenyum kemudian mulai menjalani proses pernikahan.

Rio merasakan sekali bahwa Shilla memperhatikannya dari arah kirinya. Rio kini meliriknya dengan tatapan lemah membuat Shilla juga berkaca-kaca yang melihat pernikahan itu dan juga tatapan Rio.

***

Acara berjalan dengan hikmat dan lancar. Tak ada kendala apapun. Kini semua orang sedang berpesta. Namun Shilla termenung duduk pada pegangan kayu di jembatan kecil yang berada di danau paviliun barat.

Gadis itu tak dapat menahan tangisnya. Entahlah. Rasanya hatinya benar-benar sakit. Apakah ini tanda bahwa ia juga menyukai Rio? Tidak ini tidak boleh terjadi pikirnya.

Namun pikiran itu membuat gadis itu semakin terisak.

Di lain tempat Rio merasakan hatinya juga benar-benar sakit. Kemudian memutuskan untuk menjernihkan pikirannya dan berjalan menuju paviliun yang kosong. Tempatnya biasa menyendiri.

Tapi .. Ia malah mendapati seorang gadis tengah menyendiri disana. Gadis yang sangat dikenalnya.

Tubuh Rio semakin melemas.. Ia pun melangkah gontai menghampiri gadis itu.

Rio meraih tangan gadis itu dengan pelan. Meletakkan tangan itu di dadanya. Dihatinya. "Bagaimana bisa barang berharga saya terluka seperti ini? Rasanya sakit. Karnamu. Karena mencintaimu." ujarnya dengan suara parau.

Shilla merasakan betul rasa hangat yang berasal dari tangan pemuda itu. "Tuan.. Hati saya juga sakit. Rasanya seperti ditusuk-tusuk ribuan jarum. Bagaimana bisa tuan mengambilnya? Hati... Rongsokku."

Gadis itu semakin terisak. Rio pun terdorong untuk memeluk gadis itu erat-erat. Membiarkan isakannya tenggelam bersama pelukan hangat itu.

Rio melepaskan pelukan itu perlahan setelah tangisan gadis itu mereda. Meraih kedua tangan Shilla. Menggenggamnya erat.

"Kalaupun kamu tidak bisa meraih langit itu. Kini, langit itu turun untukmu." kata Rio kemudian berlutut dihadapan Shilla.

Shilla tersenyum miris kemudian meraih bahu pemuda tadi menyuruhnya berdiri. Ia pun memeluk pemuda itu penuh haru.

Rio melepaskan pelukan itu pelan. Menggenggam tangan gadis itu lagi. "Gue janji, gue ga akan lepasin genggaman tangan ini. Sampai kapanpun."

"Tunggu sebentar lagi. Saat saya menaiki tahta itu. Saat saya benar-benar mencapai langit. Saya akan berusaha melindungimu dan membahagiakanmu. Dengan segala kekuatan yang saya miliki.. Ashilla."

Holding Sky in The PalaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang