Tiga

991 57 1
                                    

Rio menghela nafas. Merasa bosan. Hanya memperhatikan gadis-gadis sepantaran dengannya itu memperkenalkan diri satu-satu dan berasal dari keluarga bangsawan mana. Salah satu anak menteridari salah satu partai juga mencalonkan diri. Dan Riomendengar dari Ibunya bahwa gadis itulah yang sepertinya akan terpilih.

"Saya Alyssa fadara. Anak bungsu dari menteri Ranzi Fadara." Katanya memperkenalkan diri. Gadis itu mengamati sosok pemuda didepannya dengan teramat dalam. Berharap dirinya lah yang akan mendapatkan pemuda itu kelak. Sedangkan pemudayang diamatinya itu hanya diam merasakan bosan yang luar biasa.

Pemuda itu merasa tidak tertarik pada gadis gadis dihadapannya itu. Gadis yang sudah pasti bibit-bebet-bobotnya­ sangat baik. Entahlah. Ia merasa gadis-gadis itu tak ada yang spesial dan dilihatnya gadis-gadis itu sangat tergila-gila padanya yang tampan dan mereka hanya berambisi untuk mendapatkan tahta sebagai Ratu negeri ini dimasa depan.

"Mario, kamu tertarik pada siapa? Bilang saja." Kata sang Ratu -Ibunya-

Rio yang tersadar dari lamunannya dan kantuknya itu spontan menyahut "Ya?" yang berarti Ibunya harus mengulangi perkataannya tadi karna tak terpahami olehnya.

"Bagaimana menurutmu?"

"Ah.. terserah saja. Aku mau istirahat dulu." Sahutnya kemudian pamit dengan memberi penghormatan pada Ivona -Ibunya- itu dengan membungkukkan badannya kemudian beranjak pergi meninggalkan Ivona dan beberapa gadis itu.

Rio pun kini melangkah menuju paviliun selatan, paviliun miliknya- disusul dengan dikawal pelayannya dan beberapa pengawal pribadinya itu yang melangkah berbaris rapi dibelakangnya.

Saat hampir tiba di paviliunnya Rio menangkap sosok gadis yang pernah dijumpainya itu. Gadis yang kini tengah mencuci pakaian di area cuci. Ya gadis kurang ajar yang 4 tahun lalu berani menginjak punggungnya itu. Rio ingat betul wajah gadis itu.

Kemudian Rio melangkah ke area cuci itu bersama dengan pasukannya tadi. Walaupun tidak etis tapi sepertinya Rio akan menunjukkan siapa dirinya padagadis itu. Karna setelah kejadian itu mereka tak pernah bertemu lagi. Dan gadis itu sepertinya belum tahu siapa dirinya. Dan lagipula gadis itu pasti belum lama bekerja disini.

Semua pekerja cuci itu sontak langsung berdiri membungkukkan badannya saat mendapati pemudaitu sang Putra mahkota memasuki area cuci. Sedangkan Shilla yang masih berkutat pada cuciannya itu masih tak menyadari keberadaan pemuda itu sebelum mendapat senggolan dari kerabatnya.

Setelah mengeringkan tangannya yang basah itu dengan bajunya kini menatap Rio shock, membelalakan matanya sambil memperhatikan pakaian pemuda itu dan... sebuah crown dikepalanya. Begitupula berjalan dengan bersama beberapa pengawal. Gadis itu sama sekali lupa untuk membungkukkan badannya. Padahal Rio sudah tepat berhenti dihadapannya.

Karena aturan di Istana adalah semua pelayan rendahan tidak boleh menatap wajah keluarga kerajaan kecuali diperintahkan. Rio yang menyadari gadis itu menatapnya dengan tatapan shock dan tidak berfikiran untuk menundukkan kepalanya malah menatapnya dalam membuat Rio menatap tajam ke arahnya.

Pelayan utama yang tepat berjalan dibelakang Rio itupun kini menatap gadis itu tajam melihat ketidaksopanannya menatap sang Pewaris tahta itu. "Heh. Beraninya menatap Putra mahkota seperti itu!"bentaknya.

Shilla -gadis itu- semakin membelalak. Apa? Putra mahkota? Seketika oksigen terasa menghilang dari pernafasannya. Astaga. Bagaimana bisa. Dengan cepat gadis itu pun menunduk kan kepalanya "Ma..maaf!"

"Kenapa?" Rio pun angkat bicara yang membuat jantung gadis itu semakin berdetak kencang dan tangannya bergetar. Sedikit-sedikit mencuri pandangan pada Tuannya itu dengan takut. Terlihat sangat jelas bagaimana reaksinya. Dan Rio menyadari itu.

Rio seketika tertawa dan membuat Shilla semakin merutuk dalam hati. Kemudian Rio semakin mendekat ke arahnya, semakin mendekat dan kini mereka sudah berada dalam jarak kurang dari satu meter.

Pemuda itupun kini melayangkan sentilannya pada kening gadis itu yang membuat tubuh gadis itu semakin bergetar. "Itu karna perlakuan kamu sama saya waktu itu." Katanya kemudian melangkah pergi melewatinya.

** bersambung **

Holding Sky in The PalaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang