Yuhuuu, i'm back!
Happy reading semuaaaaa;)P.s: sorry if u find any typo(s).
*****
Jejeran foto-foto berukuran 2R dijajarkan rapih di atas meja berbahan kayu jati, di dalam ruangan kerja milik Kala.
Rahangnya yang menegas dan alis tebalnya yang menyatu, menandakan pertanda buruk akan terjadi. Tanpa banyak berbicara, Kala hanya menatap lembaran foto itu dengan seksama sembari mendengar tiap penjelasan yang keluar dari mulut para orang suruhannya.
"Mereka semua tak mau bicara siapa dalang-"
Begitu Kala mengangkat wajahnya, para orang suruhan di depannya, hanya dapat menunduk, takut begitu di hadapkan dengan tatapan berapi-api dari kedua mata Kala.
"Trus, udah gitu aja? Hanya segitu usaha kalian?"
Kala melemparkan lembaran foto itu sampai bertebaran tak menentu di atas meja. Suaranya yang makin meninggi, menggelegar, memenuhi seisi ruangan Kala yang (untungnya) kedap suara.
"Tidak, Pak. Kita saat ini sedang berusaha menyelidikinya trus"
Kala membantingkan punggungnya ke kepala kursi kerjanya sembari melepas kancing jasnya.
"Sekarang kalian cari informasi yang jauh lebih penting dari pada ini. Keluar!"
Seiring teriakan perintah dari atasannya, kedua orang berpakaian hitam-hitam itu pun keluar dengan sigap.
Kala kembali menatap foto-foto yang baru diterimanya itu, lalu mengusap wajahnya, kasar. Dalam tiap lembar foto itu hanya terpampang orang-orang yang tak jelas siapa, dan nyatanya mereka hanya orang bayaran.
Dering ringtone yang tiba-tiba terdengar dari telepon genggam miliknya, menyita kembali perhatiannya sepenuhnya.
"Hallo"
Wajah Kala yang tadinya nampak lusuh dan penuh emosi, berubah seketika ceria. Senyum terpampang lebar menghiasi bibirnya yang sedari tadi ditekuk membentuk garis lurus.
"Maaf ya om belum sempet mampir"
"Iya nanti om kesana"
"Kamu mau apa? Helikopter? Mobil? Tenang, nanti om beliin"
"Kamu udah makan belum?"
*tok tok tok*
"Nanti om telepon lagi ya. Bye. See you"
Dengan sekali gerakan, Kala memutuskan sambungan teleponnya, dan mengembalikan telepon genggamnya kembali ke atas meja.
Seketika itu juga, kepala seseorang muncul menyusup di balik pintu ruang kerjanya. "Haiii", sapa pemilik suara itu nampak ceria.
Wajah Kala nampak lebih sumringah kali ini. "Haaii", sapanya walau fokusnya lebih kepada foto-foto yang tengah dirapikannya buru-buru dan disimpan ke dalam laci.
Kala tersenyum penuh kelembutan pada gadis yang kini tengah berjalan ke mejanya. "Tumben kesini"
"Niatnya sih mau ngajak makan siang. Itu juga kalo kamu gak sibuk"
Kala melipat tangannya di atas meja dan menatap gadis di depannya dengan tatapan mata menggoda. "Mana bisa sibuk sih kalo buat nyonya besar"
Zeva tak bisa menahan diri untuk tidak memdaratkan cubitan di lengan Kala, yang membuatnya meringis. "Jangan manggil kayak gitu, gak suka"
Suara ketukan pintu kembali terdengar, menghentikan Kala yang baru saja akan membalas ucapannya. "Masuk," perintah Kala sebagai gantinya.
Sekertaris Kala masuk, dan langsung tertunduk begitu mendapati Tuannya tengah kedatangan tamu. Walaupun dia juga mengenal betul siapa yang berada di ruangan itu. "Maaf Pak, saya tidak berniat mengganggu-"

KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Truth
RomanceKetika kau terlambat menyadari kenyataan, dan hanya sesal yang bisa kau rasakan. "I have loved you since the first time we met"