Song for this chapter (part galau-galaunya):
Say Something - A Great Big WorldHmmm....
*****
"Lepasin! Lepas! Kalian siapa sih hah?"
Sekuat tenaga Zeva berteriak, menggertak kedua pria yang terlihat sangar dengan kumis dan badan-badannya yang besar. Namun, kedua pria itu tak mempedulikannya dan terus saja menyuruh Zeva, diam.
Ikatan di tangan dan kakinya begitu kuat, sampai dia tak bisa menggerakannya sama sekali. Tiap di gerakan justru tangan dan kakinya yang bertambah lecet dan berujung terasa perih yang begitu sakit.
"Gue salah apa, hah? Lepasin!!"
Mulut Zeva yang tidak ada hentinya berteriak sedari tadi, akhirnya membuat si kedua penculik itu gerah dan langsung membungkam mulutnya dengan lakban hitam.
"Cantik-cantik, bacotnya kayak toa masjid ck ck ck" ucap salah seorang dari mereka sambil berkacak pinggang.
Karena saking kesal dan marahnya, Zeva menumpahkan air mata, tanpa bisa ditahan lagi.
Zeva berusaha mengingat apa yang terjadi padanya sampai ia bisa diculik seperti ini. Seingatnya, tadi dia tengah berada di dalam mall sedang berjalan-jalan, sendirian. Dia berniat mencari hadiah untuk diberikan pada Abra yang akan berulang tahun sebentar lagi. Dan begitu ia berada di parkiran basement untuk masuk ke mobil, tiba-tiba ada orang yang membekap mulutnya dan setelah itu, Zeva tak ingat lagi apa-apa.
Siapa yang ngelakuin ini?
Apa salah gue?
Apa ini semua kerjaan tante Vahrya?
Apa tante Vahrya benar-benar sedendam itu sama gue?
Semua pemikiran-pemikiran itu berkelibat dalam otak Zeva tanpa menemukan jawaban yang pasti.
"Lepasin penutup mulutnya"
Suara teriakan itu bukan lah suara dari para pria berbadan besar yang menculiknya melainkan suara seorang wanita, yang tampaknya masih tertutupi tubuh dua pria itu.
Zeva tertegun sejenak mengetahui kenyataan ia akan bertemu dengan dalang dari semua ini. Semua pertanyaan-pertanyaan dalam pikirannya akan terjawab sudah.
Dan betapa kagetnya Zeva melihat siapa yang menjadi dalang dari segala kejadian yang menimpanya saat ini. "Chelsea?"
Wanita yang disapanya ini, justru menyunggingkan senyum licik. "Kenapa Zev? Kaget?"
Zeva menggelengkan kepalanya sendiri, merasa tak percaya dengan siapa yang dilihatnya kini. Seorang wanita berwajah malaikat macam Chelsea, bisa-bisanya melakukan hal keji seperti ini, sungguh tidak bisa dipercaya.
"Semua ancaman yang selama ini gue terima, itu dari lo?"
Chelsea kembali tersenyum licik, melecehkan. Dirinya kini merasa begitu menang di atas penderitaan yang tengah Zeva alami. "Iya. Semua ancaman itu, gue yang memberikannya. Dan oh, lo ingat soal foto-foto antara gue dan Kala di Inggris? Lo mau tahu siapa yang ngirim? Itu juga gue."
Zeva menelan ludahnya, seakan susah menerima segala kenyataan yang tak bisa dengan mudah dipercayanya ini.
"Kenapa? Kenapa lo kayak gini, Chel? Gue salah apa?" Suara Zeva yang terdengar lirih sama sekali tak menggugah rasa kasihan Chelsea untuk dirinya. Justru sebaliknya, dia merasa itu adalah hal yang lucu.
Chelsea tertawa keras dengan nada seperti tawa setan terselip di dalamnya. Saat ini, Chelsea tak terlihat seperti Chelsea yang dikenal Zeva dulu. Dia seperti benar-benar tengah kerasukan setan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Truth
RomanceKetika kau terlambat menyadari kenyataan, dan hanya sesal yang bisa kau rasakan. "I have loved you since the first time we met"