Ya mari silahkan langsung aja dibaca;)
Sorry for any typo(s)
*****
Tiga bulan kemudian.
Zeva menghentakan nafasnya keras seraya menatap langit yang juga terlihat mendung seakan ikut memahami suasana hatinya.
Tatapannya berpindah kini menatap kardus yang terletak di hadapannya. Kardus berisi penuh barang-barang yang selama ini telah menjadi teman sehari-harinya saat di kantor.
Ya, hari ini adalah hari terakhirnya menginjakkan kaki di gedung RAB Tower, tempatnya bekerja untuk beberapa tahun terakhir. Zeva memang memutuskan untuk resign sejak dua bulan yang lalu namun baru minggu kemarin, permintaannya di approve. Dan hari ini, adalah hari perpisahannya.
Sejujurnya, hati Zeva masih begitu berat ketika harus melangkah keluar, meninggalkan tempat yang memiliki banyak kenangan untuk dirinya ini.
Bagaimana tidak? Di tempat ini, terjadi banyak hal yang tak pernah ditebak Zeva akan terjadi sebelumnya. Tapi, Zeva sama sekali tak pernah menyesali apa yang sudah terjadi dalam hidupnya ini. Terlebih, kehadiran dirinya dalam hidup Zeva yang banyak menorehkan kebahagiaan.
Zeva memejamkan mata, menahan rasa sakit di kepalanya yang terus mendera jika ia sedang teringat pria itu. Pria yang sampai saat ini masih memiliki sepenuh hatinya, jika boleh jujur.
Zeva kembali menarik nafas, tiap kali nama itu melintas di pikirannya. Namun pikirannya segera teralihkan ketika merasakan getaran dari ponselnya yang diletakkan di dalam kantung blazer. "Iya kak?"
Abra menyapanya dari seberang telepon, mengatakan jika dirinya akan sampai dalam sepuluh menit lagi karena jalanan sore ini memang sedang macet.
Zeva pun membalasnya hanya dengan ucapan jika ia akan menunggu.
Begitu panggilan itu terputus, Zeva kembali memasukkan ponselnya ke dalam kantung dan larutlah kembali dirinya dengan pikirannya sendiri.
Sampai sebuah sapaan lembut, mengagetkannya dan membuatnya tersadar. "For you," ucap orang itu seraya meletakkan segelas hot chocolate di depannya, tanpa diminta.
Diliriknya gelas itu, dan menemukan sebuah tulisan 'Nice to know U' diikuti gambar smile, di badan gelasnya. Zeva pun melemparkan senyum terbaiknya pada orang yang kini menatapnya dari balik meja kasir itu. Siapa lagi orangnya kalo bukan Vano, si barista berlesung pipi yang terlihat manis jika sedang tersenyum. Tidak, Zeva sama sekali tak memiliki perasaan apa pun pada Vano, dia hanya berusaha bersikap friendly. Hanya itu.
Berpindah dari Vano, pandangannya kini tersita begitu melihat sesosok tubuh tegap yang melintas di luar coffee shop. Sosok yang begitu dirindukannya setelah tiga bulan tak ada pembicaraan yang terjadi diantaranya dirinya dan pria itu lagi.
Setelah sekian lama, akhirnya matanya berhasil menangkap sosok pria itu lagi. Harus diakui olehnya, jika itu membuatnya begitu bahagia, namun sayangnya juga terasa sakit disaat bersamaan.
Tanpa disadari Zeva, ternyata matanya sampai saat ini tak berhenti menatap sosok yang kini tengah berdiri, menengadahkan kepalanya ke langit itu.
Tapi sedetik kemudian, jantungnya terasa berhenti berdetak, saat pria itu secara tiba-tiba menjatuhkan tatapan matanya ke arah Zeva.
Ekspresi terkejut dan tak percaya, tergambar jelas dari pria itu ketika tatapan matanya terkunci dengan mata coklat milik Zeva yang juga tak bergerak kemana-mana.
Walau pun dari jarak yang cukup jauh, tapi tatapan itu tetap berefek besar pada keadaan jantungnya yang terpacu makin cepat. Baru disadarinya kini, betapa dia begitu merindukan si pemilik bola mata itu. Kala benar-benar merindukannya. Zeva pun, sama.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Truth
RomanceKetika kau terlambat menyadari kenyataan, dan hanya sesal yang bisa kau rasakan. "I have loved you since the first time we met"