Our Sand Castle

372 28 3
                                    

Hyeah tak bisa tenang, gadis itu terus saja mondar-mandir di dalam kamarnya. Sudah sejak kemarin ia dan Taekwoon tiba di sebuah villa di tengah pulau ini. Tapi sepertinya lebih mirip dengan kata 'terdampar'. Sebab Hyeah tetap tak bisa pergi kemana-mana.

Tadinya Hyeah sudah sangat senang, ia menyukai pemandangan di sekitar villa yang sangat asri dan kental dengan suasana lautnya. Sudah terbayang saat akhirnya Hyeah bisa menjejakkan kaki di pasir pantai yang hangat, dan berenang di laut yang sejuk. Namun karena Taekwoon tiba-tiba jatuh pingsan, Hyeah harus menjaga pria itu.

Yang benar saja! Kenapa disaat begini Taekwoon harus kambuh? Dan Hyeah sama sekali tak tahu apa penyebabnya. Taekwoon merahasiakan semuanya dengan apik, kecuali bukti kalau pria itu harus selalu mengonsumsi pil warna merah. Entah itu adalah obat apa?

Ini adalah hari kedua mereka berlibur, dan Taekwoon masih tak sadarkan diri. Hyeah menghampiri ranjang tempat pria itu berbaring dan menatap lekat wajah pucatnya. Sebenarnya Hyeah agak khawatir, takut Taekwoon tak bangun lagi untuk selamanya.

"Bukannya itu bagus?" celetuk Hyeah sambil tertawa miris, walaupun dengan suara pelan. Bagus, tentu saja. Kalau pria aneh ini akhirnya 'mati' artinya Hyeah bisa bebas.

Tapi tak bisa begitu.. Kalian pikir Hyeah tega? Terkadang gadis itu malah kasihan dengan Taekwoon.

"Kau... Kenapa kau begini? Kau itu sangat misterius. Ambil satu contoh, kita tak pernah betul-betul kenal sebelumnya, cuma teman satu sekolah. Tapi 2 tahun lalu sampai sekarang kau terus mengurungku tanpa alasan yang jelas. Padahal kau itu lumayan tampan, kau kaya, kau pintar. Kau bisa dapatkan wanita yang lebih cantik, tapi bukan berarti kau bisa mengurungnya seperti aku." Racau Hyeah tak jelas. Ia terbawa emosi karena pikirannya melantur kemana-mana.

Tapi untung saja Taekwoon sedang pingsan, jadi ia tak dengar.

"Apa kau punya dendam padaku?" itu hal yang selalu ingin Hyeah katakan, tapi ia takut. "Oh ya, betul. Katamu aku jadi tawanan karena kakak ku ingin membunuh adik mu. Meskipun aku tak percaya sama sekali..."

Kakaknya. Setiap kali mengingat Kim Hyeri, hati Hyeah terenyuh. Hyeah memandang pintu kamar dan tergoda untuk keluar dari sini. Baru saja ia akan mengambil selangkah maju... Tiba-tiba sebuah tangan yang dingin mencengkram lengan Hyeah.

"Aku memang dendam padamu. Aku benci padamu." jawab Taekwoon secara ajaib. Wajah Hyeah memucat, perlahan ia menoleh kebelakang.

"Semua anggota keluarga mu itu jahat. Mereka menghancurkan keluarga ku. Secara tak langsung kau juga menghancurkan aku..."

"Kau bicara apa? Aku tak mengerti." air wajah Hyeah keruh. Menghancurkan? Apa maksudnya?

"Tapi tunggu, ternyata pada saat yang sama aku telah jatuh cinta padamu."

DEG! Apa-apaan ini?

"K-kau sepertinya sakit. Obat, ya, kau harus minum obat." Hyeah beranjak mengambil obat di dalam tas Taekwoon. Gadis itu memunggungi Taekwoon sambil mengatur perasaannya yang sedang kalut.

"Benci dan cinta. Kau tahu itu hampir membuatku gila setiap saat.." kata Taekwoon. Hyeah yang mendengarnya reflek menelan saliva. Namun tenggorokkannya tercekat.

Dia baru bangun. Mungkin saja ia mengigau.. Pikir Hyeah. Hyeah menghampiri Taekwoon sambil membawa obat dengan tangannya yang gemetar.

"I- ini."

Taekwoon tak mau mengambil obatnya. Ia menatap Hyeah dengan kecewa, atau semacam itulah kalau Hyeah tak salah lihat. Kemudian Taekwoon menghembuskan napas, "Lupakan saja."

Pria itu menelan butiran merah tersebut tanpa segelas air. Untung saja ia tak tersedak. Kemudian ekspresi wajahnya kembali datar, setelah sebelumnya... Sebenarnya tetap datar. Tapi agak berbeda saja menurut Hyeah.

Bloods GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang