Bad Feeling

311 24 5
                                    

Malam yang indah tak lagi sama. Terjadi kekacauan di sekitar Hyeri, para penonton kocar-kacir panik. Teriakan memenuhi udara. Heboh karena salah seorang pemain 'terbakar'.

Dari awal Hyeri sudah punya firasat buruk tentang pria bertudung hitam itu. Ia berharap Hongbin jauh-jauh saja dari pria itu, namun entah kenapa yang terjadi sebaliknya. Hampir sepanjang pertandingan keduanya selalu sejajar. Terkadang saling berhadapan lalu mengejar satu sama lain. Hyeri menjadi cemas. Gelagat pria misterius itu aneh. Dan finalnya, Hongbin tampak marah dan gestur tubuhnya menunjukkan akan menyerang.

Tapi apa? Hongbin kalah telak. Ia jungkir balik dibanting pria itu dan dengan kejamnya menembakkan bola yang masih menyala ke atas punggungnya. Hongbin telungkup dengan kaus oblong yang terbakar.

Di tengah kepanikan, Hyeri berdesakan di antara lautan manusia. Tubuh mungilnya terombang-ambing dan ia hampir putus asa. Sorot matanya kebingungan, gadis itu mencari dua hal. Hongbin, dan sosok pria misterius yang tiba-tiba menghilang.

Ingin sekali Hyeri menemukan orang yang mencelakai Hongbin dan membakarnya hidup-hidup!

"Itu dia!" Hyeri melihat Hongbin yang berada di atas tandu di bopong dua orang lelaki. Hyeri berlari dan tak peduli lagi pada pria serba hitam itu. Bagaimana pun keadaan Hongbin lebih penting untuk dilihat.

"Ah! Maaf!" beberapa kali Hyeri sempat menubruk orang-orang yang menghalangi jalannya. Sampai akhirnya ia dapat mengejar tandu Hongbin dan mensejajarkan langkah.

"Ia akan dibawa kemana?" tanya Hyeri dengan napas terengah. Seorang lelaki yang membopong tandu di paling depan menoleh.

"Ke kamarnya." jawab singkat si lelaki.

"Ku mohon biarkan aku ikut supaya aku bisa mengobatinya."

Tentu saja Hyeri langsung mendapat persetujuan karena itu akan meringankan tugas kedua orang itu. Setelah sampai di kamar Hongbin, dengan hati-hati pria itu di turunkan dari tandu dan dibaringkan ke ranjang dengan posisi menelengkup.

"Terima kasih." Hyeri membungkuk pada kedua lelaki pemegang tandu. Setelahnya mereka pergi, Hyeri duduk di pinggir ranjang dan menatap punggung Hongbin dengan kaus yang nyaris gosong. Hyeri bergidik ngeri. Tak ia sangka Hongbin akan mendapat luka bakar lebih buruk dari cedera kaki.

Pandangannya meneliti dari atas kepala sampai ujung kaki. Memastikan tak ada luka di bagian tubuh lain. Hyeri langsung menghela napas lega.

Tapi tidak juga. Sekarang ia harus mencari cara untuk mengobati luka bakar Hongbin.

"Aku harus buka dulu bajunya."

Hyeri memantapkan hati menggunting kaus oblong yang hangus itu agar lukanya dapat ia jangkau. Dengan doa yang di rapalkan dan mata mengerjap takut, Hyeri melihat luka bakar di punggung Hongbin.

Menyakitkan. Hyeri saja yang cuma melihatnya sudah merasa ngilu. Kulit punggung Hongbin memerah dan melepuh. Ia bahkan tak berani menyentuhnya, apalagi mengobati? Entah bagaimana jika nanti Hongbin bangun. Hyeri tak bisa membayangkan Hongbin berbaring telungkup seharian sambil mengerang kesakitan.

"Hongbin, kau harus kuat. Jangan rasakan sakitnya. Aku akan mengobatimu, ya?" Hyeri mengelus surai hitam Hongbin dengan sayang. Kemudian ia beranjak, ingin mengambil kompres.

"Kaulah penawar dari segala sakit yang kurasakan. Maka dari itu.. Jangan pernah pergi dari sisiku."

"Hongbin.. Kau terbangun?" Hyeri menoleh heran. Tangannya di genggam Hongbin dengan erat sampai Hyeri harus mengurungkan niat untuk beranjak.

Hongbin mengangguk. Badannya bergerak sedikit, mungkin untuk menyamankan diri dengan posisinya sekarang. Namun bukannya nyaman, yang ia dapat justru rasa perih yang rasanya menyayat sampai ke ubun-ubun. Hongbin meringis.

Bloods GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang