Beautiful Pain

471 34 7
                                    

2 tahun lalu.

Hakyeon masuk ke ruangan serba putih dengan sebuah ranjang dan peralatan medis yang cukup canggih. Dihampirinya gadis pucat yang berbaring diatasnya.

Hakyeon mengusap kepala si gadis yang terbalut perban. Gadis yang biasanya bersemangat kini menjadi lemah tak berdaya. Hakyeon ingin melihat keceriaan gadis manis itu lagi. Namun..

"Maafkan aku. Tapi ini satu-satunya cara agar aku bisa memilikimu." Hakyeon mendesah.

"Jika saja saudarimu- ah, sudahlah. Aku tidak peduli lagi padanya. Yang terpenting sekarang mengurusmu dengan baik." Di ambilnya kursi lalu duduk di sebelah ranjang.

Setelah keheningan tak berujung, terdengar suara lirih dari bibir mungil si gadis. Reflek Hakyeon bangkit berdiri. Di gapainya tangan pucatnya.

"Halo." sapa Hakyeon dengan senyum hangat. Si gadis mengerjapkan mata.

"Bagaimana keadaanmu? Apa ada yang terasa sakit? Kepalamu pusing?"

Si gadis mengerutkan kening. Nampaknya ia baru merasakan pening.

"Akan ku panggilkan dokter.. Oke?" Hakyeon beranjak pergi.

"Tunggu.." kata si gadis dengan amat pelan. "Kau siapa?"

Senyum Hakyeon makin lebar. Ini berjalan sesuai rencananya. "Namaku Cha Hakyeon."

"Apa kau bisa mengingat namamu?" tanya Hakyeon.

Hyeri memegangi kepalanya. Ia terpejam dan keningnya makin berkerut. "K-kenapa aku tidak bisa-"

"Tenang. Aku akan panggil dokter kemari."

Si gadis mengangguk gugup. Bagaimana bisa ia tidak ingat namanya sendiri? Atau pria bernama Hakyeon tadi? Ada yang salah...

"Urgh.." desah si gadis. Setiap ia mencoba berpikir, kepalanya sakit. Makin ia mencoba mengingat, rasa ngilu menyengatnya.

Hakyeon kembali lagi bersama dokter. Si gadis pasrah saat dokter memeriksa beberapa saat.

"Saya perlu pemeriksaan lebih dalam. Tapi dari tanda-tandanya, pasien mengalami amnesia."

Si gadis kaget. Ia tak berkata apa-apa saat dokter keluar dari ruangannya.

"Menyedihkan.. Aku gadis paling menyedihkan.." isak pelan gadis yang bahkan tak tau apa-apa itu.

Sebuah tangan yang hangat mengusap lembut pipi tergenang air mata si gadis.

"Aku disini untukmu, Hyeri."

Ia berhenti menangis. "Hyeri?"

"Iya, namamu Kim Hyeri. Tenanglah, aku akan membantu mu mengingat semuanya."

"Apa yang membuatmu begitu baik pada gadis penyakitan sepertiku?"

"Ssshhh..." Hakyeon menyodorkan telunjuknya ke bibir Hyeri. "Kau hanya punya aku. Aku pun hanya punya mu. Dan aku berjanji akan bersama mu selamanya."

Pipi Hyeri memanas. Ia tak kenal pria ini, tapi hanya dia saat ini yang bisa Hyeri percaya.

2 tahun kemudian.

Hyeri terlempar dari kasur ke karpet empuk di bawahnya. Ia dan Hakyeon baru saja mempraktekkan jurus bela diri yang diajarkan pria itu, tapi berakhir pukulan ringan di perut Hyeri.

"Aigoo! Maaf, aku tak sengaja!" Hakyeon mengangkat tubuh gadis itu kembali ke kasur.

Hyeri nyengir. Pukulan itu terasa seperti gelitikan di perutnya. Entah kenapa ia sudah kebal dan rasanya tak sakit, hanya geli.

Bloods GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang