Suara tangisan tanpa suara memperburuk suasana saat ini. Pemakaman Witches di lakukan sehari setelah aku pulang membawanya.
Bahkan seolah mereka tak menyadari kehadiranku, hanya terfokus pada Witches seolah bukan aku yang tadi mereka cari hingga mengorbankan peperangan dan bangsa mereka.
Sialan, kenapa aku jadi dramatis seperti ini.
"Katya, you must be calm." aku mengelus punggungnya.
Muse hanya bisa menghela nafas dan menarik paksa Katya dari samping tubuh ibunya. Aku tidak tahu bagaimana perasaan Katya, senang karena tidak ada penghalang hubungan mereka atau sedih karena kehilangan ibunya.
Bagaimana pun Witches yag melahirkannya beserta orang yang ia cintai.
"Kau akan baik baik saja jika aku bilang ia mencintaimu?" kataku pada Pangeran Arthello yang masih mematung di dekat peti peristirahatan terakhir Ratu Scorpius.
Ia menatapku sejenak, seolah menyampaikan sesuatu yang tak aku mengerti lalu akhirnya ia memilih untuk pergi begitu saja.
"Kau tidak apa apa?"
Aku berbalik dan mendelik kepada Pangeran Aldric, "Kau menanyakan hal itu sekarang? Bukan kemarin?" tanyaku jengkel. Untung saja luka di punggungku memudar cepat, jika tidak aku tidak akan bisa berdiri di tengah tengah kalian.
Lucien tertawa, "Gadis ini tentu baik baik saja."
Apanya yang baik baik saja jika demi cincin sialanmu aku hampir mati?!?!
"Harusnya kalian bersimpati di hari terberat untuk Putri Katya, bukan berdiri di sebelahku dan membuat kepalaku terbakar." ketusku.
Lalu jika kalian ingin tahu keadaan Chailyn, ia masih baik baik dengan pose Sleeping Beauty nya.
Aku sudah katakan bahwa aku tidak bisa membantu banyak. Aku tidak yakin ini akan berhasil, ingatkan aku pada kata kata yang di tulis ibuku bahwa menyelamatkannya sama saja artinya memberikan nyawa baru, aku.
Kecuali jika aku bersedia mati.
Demi Iblis, aku telah mendapat cukup banyak kesialan untuk mati demi dirinya.
Sementara Adelaide cukup bahagia dengan duduk manis di kursi kebangsaannya, duduk di pojok terpencil tapi tetap saja menarik perhatian.
Sesekali ia mengerjaiku dengan memetik Harpanya sehingga aku merasa telingaku akan rusak tapi tidak dengan yang lain, yang tampak biasa saja dengan aktivitas mereka. Tidak menyadari kesialanku memiliki leluhur seperti Philadelphia Adelaide Monsquee.
"Kemana Katya?" tanyaku bingung pada Muse yang datang menghampiriku dan mengusir dua pangeran yang menurutnya membuat peristirahatan Violence Witches terganggu.
Muse menunjuk sebuah pintu, kamar Chailyn. "Aku memintanya untuk tidur, aku lelah mendengar tangisan tanpa suara itu."
"Ia terlalu berduka untuk bersuara, Miss Faerish." aku menatapnya kesal. "Lagi pula aku tidak yakin ia mau tidur begitu saja. Apa yang kau lakukan padanya?"
Muse mengangkat bahunya, "Kau tidak perlu tahu. Yang jelas mendengar tangisannya itu menyebalkan, ia meredam kesedihannya sendiri." ia berdecak kesal. "Oh ya, bagaimana dengan Chailyn? Apa kau sudah menemukan jalan keluarnya?"
Aku menggeleng dengan wajah semasam jeruk busuk, "Kecuali jika pasanganku dengan heroiknya datang membantu."
Muse tertawa menyindir kekonyolanku. "Berharaplah setinggi mungkin, nona."
"Akan ku coba untuk melakukannya." kataku. "Dan kau juga harus mencoba memperbaiki hubunganmu dengan seseorang. Pergilah." aku mengedipkan sebelah mataku padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRROR: Reflection
FantasyI. Chapter One Cara Nicole hanyalah gadis biasa yang menjadi kunci kedamaian Dixie Mirror. Dunia Cermin itu terhubung dengannya melalui cermin yang ada di kamarnya bahkan sejak ia belum lahir. Ia tertahan di sana karena tugasnya untuk menyelamat...