Suaraku terputus tiba tiba. Kami menegang saat mendengar sebuah suara halus yang sama sama kami kenali milik siapa.
Kami berbalik bersamaan, tapi Chailyn masih tertidur disana. Seolah ia tidak mengatakan hal apapun yang membuat kami hampir kehilangan jantung.
"Apa benar itu suara Chailyn?"
"Apa kau telah melupakan suara kekasihmu sendiri karena telah lama tidak mendengarnya atau kau yang menjadi bodoh sekarang?" ketusku.
•••
Hari ini Larios mengajakku kesalah satu tempat yang mirip dengan rumah sakit. Penuh dengan orang sakit. Katanya kami akan berlatih disana.
Berlatih apanya?
"Kau harus bisa menyembuhkan, mungkin itu akan berguna." ia mengangkat bahunya, "Tapi menyembuhkan dan membunuh hampir sangat tipis garisnya. Jika kau gagal, maka kau membunuh orang yang kau sembuhkan."
"Kalau begitu tidak usah. Ini mengerikan."
Larios tertawa, "Kau hanya perlu sedikit berhati hati, Cara."
"Semoga kecerobohanku tidak datang disaat yang tidak tepat."
"Seandainya kau bisa menyembuhkan, otomatis kau bisa membunuh tapi jika kau hanya bisa membunuh, kau tidak akan bisa menyembuhkan. Unik bukan?"
Apanya? Itu mengerikan. Akan banyak nyawa yang mati di tangan manusia sepertiku karena kecerobohan yang telah aku bawa sejak lahir.
Ia hanya tidak tahu bahwa mungkin aku dapat menghabiskan setengah penduduk Dixie Mirror hanya untuk berlatih. Hahaha, lucu sekali.
"Bagiku itu tidak ada unik uniknya." kataku datar. "Baiklah, sekarang apa?"
Kami berhenti di depan seorang gadis kecil, sayapnya patah. Ia seorang iblis. Aku berjongkok dan berbincang sebentar bersama gadis kecil itu. Ia terluka akibat peperangan beberapa waktu yang lalu, sedih sekali. Bahkan ia tidak tahu apa apa menjadi korban.
Dan itu karena aku juga kan?
"Bagaimana caraku menolongnya, Larios?"
"Jika kau ingin menyembuhkan, kau harus memiliki niat dan ketulusan. Kau tidak akan bisa menyembuhkan seseorang tanpa ketulusan dan sebuah niat untuk melakukannya."
Aku menyentuh sayap gadis itu, tapi ia langsung melompat kaget, "Apa kau Malaikat? Nephilim? Manusia?" matanya membulat.
Aku tergagap seketika, "Ya, sebutlah aku apapun itu."
Mencoba mendekatinya yang sedikit ketakutan, aku menatap Larios bingung, "Anak anak sangat rentan terhadap sentuhan. Kau Nephilim, darah manusiamu menyakitinya."
Aku meringis. Jadi aku salah lagi?
Selama beberapa saat, aku hanya menatap gadis itu. Lalu aku berjongkok mendekat. Ia tampak ketakutan, "Tenanglah, aku tak akan menyakitimu." kataku. "Kau tahu bahwa tidak semua manusia itu jahat. Aku bisa dibilang baik, ayahku, ibu--" ya, ibuku mahluk dari sini.
Tapi ia baik.
"Mereka semua baik." aku tersenyum ceria, "Kau tahu, aku punya sebuah cerita. Entahlah, apa cerita semacam ini boleh di ceritakan pada kalian, anak anak. Tapi ini hanya sebuah cerita yang tidak banyak di ketahui orang lain."
"Kau tahu kenapa?"
"Kenapa?"
"Karena hanya orang yang istimewa yang boleh mendengarnya. Ini cerita rahasia."
Ia tampak tidak takut, aku menggenggam tangannya tapi ia berusaha menariknya, "Suatu hari, seorang gadis manusia yang tidak tahu apa apa tiba tiba terjebak pada dunia aneh." aku menggenggam tangannya erat dan mulai melembut ketika ia tidak melawan, "Hari itu juga, ia di pertemukan dengan seorang Malaikat tampan. Benar benar tampan."
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRROR: Reflection
FantasyI. Chapter One Cara Nicole hanyalah gadis biasa yang menjadi kunci kedamaian Dixie Mirror. Dunia Cermin itu terhubung dengannya melalui cermin yang ada di kamarnya bahkan sejak ia belum lahir. Ia tertahan di sana karena tugasnya untuk menyelamat...