[AURORA IX] - The First Training

8.9K 844 19
                                    

Pagi hari merupakan saat terburuk dalam hidupku. Akhirnya aku mengetahui alasan kenapa aku membenci pagi hari dan selalu terbangun di siang hari -dulunya-. Terbukti karena kesialan pagi hariku membuatku melihat hal gila lainnya selain melihat putri Chailyn di dalam Mirror dulu karena aku MELIHAT PANGERAN CARLOS DARKNESS!

Ia ada di dalam kamarku dan membuatku hampir menjerit. Untungnya nasib baik berpihak padanya karena ia segera menghilang dengan seringaian busuknya itu sebelum aku sempat melemparinya dengan sesuatu.

"My Lady, itukah alasanmu? Kau memilikki Mirror Aurora? Bagaimana bisa?" Pangeran Aldric menyerbu kamarku tiba tiba. Para pelayan menjerit tiba tiba melihatnya.

"Ups, apa aku datang di saat yang tidak tepat?" tanyanya salah tingkah. Aku tertawa melihatnya. Aku baru saja menyelesaikan mandiku, untungnya aku sudah mengenakan gaun menyebalkan ini sebelum Pangeran Aldric menembus pertahanan kamarku -atau kamar Chailyn-.

Setelah para pelayan itu keluar dari kamarku, Pangeran Aldric masuk dan menyerbuku dengan pertanyaannya yang ternyata tak kalah menyebalkan dari Chailyn tapi menyenangkan. Ia mmbuatku tertawa. Bukannya merasa kesal seperti saat berbicara dengan Chailyn.

"Jadi itu benar?"

"Aku tidak tahu kenapa kalian semua mengetahuinya secepat ini. Tapi jika kau ingin kepastian, My Prince," aku tersenyum dan berjalan menuju dirinya yang berdiri di depan pintu, "Kau bisa menanyakannya kepada Putri Chailyn." tambahku.

Ia mengacak rambutnya kesal, "Kenapa kau senang sekali menyuruhku menanyakan segala hal pada Chailyn yang entah sekarang ada dimana." katanya kesal.

Lagi lagi aku tertawa di buatnya, raut wajahnya yang tampan tampak menggemaskan sekarang. Lalu pintu yang tidak tertutup sempurna itu terdorong sehingga Pangeran Aldric harus berjalan maju dan itu membuat jarak di antara kami hilang dalam satu detik saja.

Mata kami bertemu dan aku selalu terhipnotis melihatnya. Mungkin aku harus mengakui bahwa aku...

"Ehm, Pangeran Aldric? Bukankah kau harus pergi?" suara Ratu Victoria mengagetkan kami. Aku langsung salah tingkah karena tertangkap basah bersama anaknya sedangkan Pangeran Aldric tampak kesal.

"Baiklah ibu, kau tidak harus mengingatkanku setiap waktu dan mengganggu waktuku!"

Ratu Victoria menaikan alisnya, "Aku mengganggumu? Bagaimana denganmu yang mengganggu Lady Nicole?" ia bersedekap menatap putranya, "Aku dengar dari para pelayan, kau menerobos masuk kamar ini seperti tinggal di Dixie Forest. Untungnya Lady Cara telah berpakaian. Kau adalah Pangeran, jangan lupakan tata krama-mu Pangeran."

Pangeran Aldric mendengus, "Baiklah, aku pergi." lalu ia berbalik dan menatapku, "Siapkan jawabanmu dan tunggu kedatanganku." setelah mengatakan itu, Pangeran Aldric mencium keningku. MENCIUM KENINGKU DI HADAPAN RATU VICTORIAN CAIL SPENCER! Ya tuhan, rasanya aku mau meleleh saja.

Ratu Victoria tersenyum setelah kepergian Pangeran Aldric, "Ia mencintaimu." katanya pelan.

"Tidak, kami hanya berteman."

"Oh ya? Aku tahu putraku. Walau aku tidak menemani masa masa kecil anak anakku, aku masih memilikki ikatan dengannya. Meski kau bilang kau tak mencintainya, aku melihatnya. Begitu juga saat aku melihat bahwa putraku kini sedang jatuh cinta pada manusia." rasanya perkataan terakhir Ratu Victoria berhasil menghujam jantungku. Ia membawaku duduk di depan cermin.

Aku tersenyum terpaksa, "Aku tidak mungkin mencintainya. Kami tidak mungkin saling mencintai."

"Kata 'mungkin' membuatku semakin yakin dengan dugaanku. Tapi baiklah jika memang begitu. Aku harap kau memegang kata katamu." katanya halus tapi tajam, "Karena aku tidak mau mendengar bahwa putraku patah hati karena gadis manusia. Kalian tidak di takdirkan bersama, kau mengertikan?" tangannya yang cantik itu menggulung rambutku dengan mudah.

MIRROR: ReflectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang