Mirror.
Aku membuka laci dan menemukan kalung itu. Aku tidak bisa menggunakannya, tidak bisa berbicara dengan Chailyn, tidak yakin akan tetap hidup setelah hari esok.
Tenang saja Lilith. Aku akan melindungimu. Angel Mirror bahkan tidak berarti apa apa di bandingkan aku. kata Adelaide.
Seorang pelayan masuk dengan izinku, ia mengantarkan gaun yang akan aku gunakan nanti.
"Kenapa secepat ini?"
"Menurut kabar yang beredar, peperangan akan di adakan sebentar lagi. Tidak tahu kapan tapi kita harus siaga terus, My Lady." ujar pelayan itu.
Aku mengangguk dan membiarkannya pergi. Aku melirik cincin Lucien yang aku gunakan. Bukannya bermaksud menerima cintanya hanya saja aku lupa menJyimpannya.
Jadi aku memutuskan untuk meletakkan cincin itu kedalam laci.
Tapi tiba tiba saja pintu kamarku di buka oleh seseorang. Aku terkejut. Terakhir kali terjadi, aku malah berakhir di ruang sidang.
Tapi yang ada di sana hanyalah Pangeran Aldric.
"Maafkan kelancanganku, My Lady. Aku mencarimu dan tidak menemukanmu padahal hari sudah siang."
Aku mengangguk, "Tidak apa apa, Pangeran. Aku hanya tidak punya kegiatan. Berlatihpun tidak bisa karena Larios sangat sibuk melatih pasukkan perang."
Aku meletakkan Angels Mirror keatas mejaku dan mendekatinya, "Apa kau sibuk hari ini?"
"Tidak juga. Kau butuh sesuatu? Aku akan punya banyak waktu jika itu digunakan bersamamu."
Aku tersipu, "Tidak. Aku hanya kesepian. Aku pikir jika kau tak punya pekerjaan lain kau mau menemaniku."
"Tentu saja aku mau." katanya.
Ia menarik tanganku, membuatku bingung apa yang akan ia lakukan, "Mau berdansa bersamaku?" tanyanya.
Aku tertawa, "Tidak. Disini tidak ada musik dan--"
"Kita tidak butuh musik untuk bergerak." ia dan senyuman menawannya.
Lengkap sudah hidupku.
Jadi pada akhirnya aku menerima uluran tangannya dan menyilangkan sebelah tangan kami lalu mulai berdansa dengannya tanpa iringan musik. Kami berdansa seolah lupa waktu hanya untuk memandangi mata masing masing.
"Apa kau masih tidak bisa menggunakan Angels Mirror dan berhubungan dengan Chailyn?"
Aku mengikuti arah lirikkannya, bersyukur karena aku telah menyimpan cincin Lucien. Ia akan salah paham dan mengira aku mengkhianatinya dengan memilih Lucien. Padahal niat saja tidak.
"Begitulah. Selama Adelaide masih bersamaku, sesulit aku melepaskan diri darinya sesulit itu juga aku berhubungan dengan Chailyn kembali." kataku.
Sejujurnya aku mulai khawatir dengan Chailyn yang tidak jelas ini.
Bagaimana jika ia benar benar sedang sekarat? Atau yang terburuk... tidak usah di pikirkan.
"Aku rasa aku pernah mengatakan bahwa ia akan baik baik saja. Ia Putri yang kuat, aku yakin itu."
Semoga saja ia di berikan seratus nyawa. Sehingga ia tidak akan menyulitkanku bahkan ketika ajal telah menjemputnya.
Karena bisa aku pastikan bahwa aku akan di bakar hangus oleh Carlos setelah ia tahu kabar ini.
Huh? Oh. Aku lupa. sinisku dalam hati. Tentu saja ia tahu. Sekutunya yang serba tahu pasti telah mencurahkan isi hatinya tentang keadaan ini.
"Apa itu gaun yang akan kau gunakan?" ia menaikkan sebelah alisnya. "Buka kah itu gaun yang kau gunakan pertama kali kau menginjakkan kakimu disini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRROR: Reflection
FantasyI. Chapter One Cara Nicole hanyalah gadis biasa yang menjadi kunci kedamaian Dixie Mirror. Dunia Cermin itu terhubung dengannya melalui cermin yang ada di kamarnya bahkan sejak ia belum lahir. Ia tertahan di sana karena tugasnya untuk menyelamat...