Chapter 1

16.4K 791 6
                                    

Bagi Quill, hal tergila dalam hidupnya adalah menikahi laki-laki impulsive dan aneh seperti Harrolds.

Dan hal gila lainnya adalah..

Dia yang sebelumnya acuh tak acuh terhadap suami tampan nya itu, perlahan tapi pasti..

Mulai ketergantungan dengannya..

Tapi, apa yang terjadi ketika Quill perlahan menyadari, bahwa suaminya itu tak hanya sekedar aneh? Melainkan mengidap penyakit Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) ?

**

Banyak sekali yang terjadi. Sudah tiga hari sejak aku resmi menyandang nama Paige. Aku hampir tidak bisa percaya. Dan akhirnya, akhirnya, akhirnya.. semua berada dalam jalurnya. Kami menjalani kehidupan seperti sepasang suami istri pada umumnya. Berbagi tugas rumah dan sebagainya. Yah, minus melakukan hubungan intim yang sering orang lain lakukan, sih.

Ketika menyusuri jalan sesudah dari kampus, dan mampir sebentar ke supermarket, aku merasa penuh semangat. Tanganku mengayunkan beberapa kantong belanjaan. Hari ini aku berniat memasak sesuatu yang enak untuk suami aneh-ku.

Dan, baru saja langkah kakiku memasuki halaman rumah kami. Mataku membelalak, dan kantong belanjaan di tanganku terjatuh. "Harrolds! Harrolds!", aku berteriak. Namun suamiku itu nampaknya tidak mendengarku sedikitpun.

Dengan cepat, aku menaiki tangga menuju kamar kami di lantai atas. Berlari menuju balkon, lalu menarik tubuh Harrolds dengan kekuatan penuh. Membuat tubuh kami terhempas kasar di lantai.

Perlahan, aku mengatur nafasku, "Apa yang kau lakukan! Kau hampir saja terjatuh dari sana!". Aku berteriak, lagi. Mengingat posisinya tadi. Yang mencondongkan tubuhnya dari pagar balkon, seperti ingin menggapai sesuatu.

"Jawab aku! Apa yang kau lakukan!", kedua tanganku mengguncang kedua sisi tubuhnya. Sedangkan dia masih diam, mengerjapkan kedua kelopak matanya.

"Kupu-kupu", jawabnya. Dan aku terdiam. Kupu-kupu dia bilang?

Mataku, atau memang tidak ada Kupu-Kupu?

Tapi katanya tadi ada Kupu-kupu.

Aku memijit pelipisku, berusaha setenang mungkin."Jangan lakukan lagi, ok?"

Harrolds mengangguk patuh, dan aku bernafas lega.

Holy crap! Belanjaanku!

Dan ketika aku mencoba berdiri, tangannya menarikku kembali ke posisi semula. Wajahnya mendekat dan menyatukan bibir kami. Melumat lembut dan perlahan mengubah posisiku duduk di pangkuannya. Tangannya mengusap lembut rambutku. Dan melanjutkan aksi-cium-mencium-lumat-melumat ini sampai aku merasa semua saraf tubuhku lemah.

Harrolds kemudian mengecup pipi kiriku kilat lalu duduk di kursi putarnya meninggalkan aku yang tak berdaya di sini. Seperti biasa, di mendorong maju dan mundur kursi itu. Tak bisa diam.

Satu-dua-tiga-empat..... sudah delapan kali dia membuatku seperti ini sejak malam pernikahan kami. Membuat ku menginginkan lebih, dan bam! Begitu saja meninggalkanku!

Suami sialan!

**

"Apa?", Tanya nya. Oh, akhirnya sadar juga. Setelah sepuluh menit lebih aku memandanginya.

"Kau menjengkelkan!", ucapku sarkastis. Harrolds menaikkan sebelah alisnya. "Apanya?". Oh, Tuan tidak-merasa-bersalah bahkan tak tahu apa salahnya.

"Semuanya!", jawabku dengan penekanakan di setiap huruf sambil menyilangkan kedua tanganku di dada.

"Katakan semuanya".

Dan baru saja aku membuka mulutku, bunyi Bip dari handphone nya mengalihkan perhatiannya. Notif email masuk, mungkin.

Dia Berjalan menjauh dari meja makan dan seakan lupa bahwa apa yang kami bahas tadi lumayan serius.

Ya, serius. Dalam pernikahan, seharusnya semua unek-unek yang kita simpan harus di jabarkan, bukan begitu?

Aku bahkan belum mengetahui seluk beluk kehidupannya. Apa yang dia suka, apa yang dia benci, pekerjaannya, atau bahkan.. perasaannya terhadapku. Ah, tidak-tidak. Yang terakhir itu, sudah pasti dia tidak mempunyai perasaan lebih terhadapku.

Dan, yang semakin membuatku kesal adalah.. dia dengan santainya meninggalkanku yang baru saja berniat menanyakan sederet pertanyaan yang ada di benakku ini bersama piring-piring kotor yang menumpuk ini.

Dia pikir aku ini siapa nya? Pembantunya? Sialan!

**

Aku menghambur ke kamar tidur kami, menyambar kertas origami milik Harrolds dari nakas, dan menyembunyikannya di dalam lemari pakaianku.

Dan dengan cepat, merebahkan badanku sambil membuka novel lama milikku di atas kasur.

"Quill, aku khawatir beberapa saat lalu...." Nafasnya memburu. Tolong, katakan kau merasa bersalah!

"aku meninggalakn sesuatu di meja makan".

Mendengar itu, aku mendengus kesal. Melemparkan bantal yang sebelumnya di sebelahku kearah wajahnya.

"Apa kau melihat...."

"Pergi saja kau, Harrolds Paige!", potongku dan kembali melemparinya dengan guling. Dia hanya diam tak bergeming. Berbeda jauh denganku yang untuk bernafas saja terengah-engah karena luapan emosiku.

Bukannya meminta maaf atas perbuatannya tadi –dan kejadian belum terselesaikan nya- , dia malah mengkhawatirkan hal yang lain. Dasar aneh!

Aku kesal, aku marah!

Aku benci ketika aku melihat tangannya yang diam saja seperti itu, seolah membuat otakku malah berputar memikirkan sesuatu yang tidak-tidak terhadap kami.

Aku kesal, ketika melihat telinganya yang memerah –yang entah karena cuaca atau apa- seakan memintaku untuk melumatnya. Atau, ketika melihat rambut serta wajahnya. Tanganku seakan sulit untuk dikendalikan untuk tidak menyentuh dan membelainya.

Dan aku marah, ketika melihat bibirnya.. darahku seakan berdesir dan ingin melumatnya habis habis an.

Aku tidak mengerti, sungguh tidak mengerti. Apa yang suamiku lakukan, hingga membuat aku seperti ini. Membuatku seakan ketergantungan dengan lumatan bibirnya atau belaian tangannya di tubuhku.

Dan membuat diriku serta kinerja otakku menjadi gadis paling mesum yang pernah ada.

Aku mohon, Tuhan. Tolong kembalikan pikiran suciku dan jauhkan pikiran kotor yang menghinggapi otakku!

Amin!

**

TBC


My Freak HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang