Aku merapikan helaian rambutku dengan jemari, lalu duduk dengan tetap menselonjorkan kedua kakiku. Menatap lurus laut di depan.
Astaga, matahari sudah hampir terbenam!
Mungkin.. sudah dua jam mereka bersama. Jess pasti sangat senang aku meninggalkan suamiku dengannya, huh.
Kalau dipikir-pikir lagi, ini sangat menyebalkan!
Tapi.. Dengan semangat, aku mengepalkan kedua tanganku. Menyunggingkan senyum miring. Membayangkan reaksi-reaksi Jess tentang ide jahilku untuknya. Haaa....
"Disini kau rupanya", nada datar itu.
Dengan santai, aku menolehkan kepalaku sambil mengangkat sebelah alisku, memandangnya.
"Pulang!", perintahnya, menarik tanganku dan membuat tubuhku sedikit terhuyung.
"Lepaskan, Harrolds! Aku bisa jalan, sendiri!"
Tapi Harrolds tetap diam, dan semakin mengeratkan genggamannya di pergelangan tanganku.
Aish!
**
Satu hal menyebalkan lainnya, dunia terasa lebih sempit dari dugaanku. Perempuan itu, Jessi. Berdiri di depan pintu kamar yang bersebelahan dengan kamar kami dengan tangan bersedekap di dada. Holy shit!
Ah.. tidak tidak. Seharusnya aku berterimakasih dengan Tuhan. Karena memudahkanku untuk menjalankan rencanaku, aku tersenyum iblis, lagi.
Belum sempat aku menyapa si Jessi Jessi itu, Harrolds sudah mendorongku masuk ke dalam kamar kami.
Harrolds menatap ku dengan tajam, tangannya mendorongku hingga punggungku terasa nyeri karena tersentak ke pintu. Bibirnya melumat dan menggigit bibirku kasar, hingga lidahku mencecap rasa asin darah akibat ulahnya.
Mataku basah. Seharusnya aku meronta dan berusaha mendorong tubuhnya. Tapi tenagaku seakan menguap entah kemana. Aku hanya pasrah di perlakukan Harrolds seperti ini.
Harrolds melepaskan pagutannya ketika nafas kami sudah hampir sama-sama habis.
Kuusap mataku dengan kesal. "Kau membuatnya berdarah, bodoh!"
"Maafkan aku", Harrolds mengusap bibirku dengan ibu jarinya.
Ah, iya. Aku masih kesal dengannya. Bagaimana aku bisa lupa hanya dalam sekejap? Segera, kutendang kaki kirinya. "Au! Quill, apa yang kau lakukan!"
"Menurutmu?", dan aku meninggalkannya ke sisi ranjang kami. Mencari-cari cat kuku berwarna bening di tasku. Wohooo, ada!
Sekarang, bagaimana caranya aku harus mengusir Harrolds dari sini.
"Harrolds, aku lapar. Bisakah kau membeli makanan ke luar?"
"Kenapa kita tidak menelpon dan meminta pelayan di sini untuk mengantarnya, itu lebih praktis". Harrolds mendekati telepon di atas nakas. Dengan cepat, aku menahan tangannya yang akan mengangkat gagang telepon.
"Tidak! Ak-aku tidak ingin makanan hotel. Ya, begitulah, hehe" Aku tersenyum canggung.
"Oh, ok.. tunggu di sini. Jangan kemana-mana", nada suaranya sarat akan ancaman, menatapku tajam. "Iya, iya. Sudah, sana pergi. Aku lapar!"
Kudorong tubuhnya menuju pintu, ke luar kamar.
Oh, waktu yang tepat sekali. Ada Jess Jess.
Aku memutar bola mataku malas.
"Hai Jess, mau kemana?", Tanya Harrolds.
"Makan, kau?". Oh, bagus. Dia tak menganggap diriku ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Freak Husband
Roman d'amourBagi Quill, hal tergila dalam hidupnya adalah menikahi laki-laki impulsive dan aneh seperti Harrolds. Dan hal gila lainnya adalah.. Dia yang sebelumnya acuh tak acuh terhadap suami tampan nya itu, perlahan tapi pasti.. Mulai ketergantungan dengannya...