Harrolds tidak mengatakan apa-apa. Tidak. Dia mungkin masih mengira aku akan melanjutkan aksi lempar-melempar-harta-benda itu. Padahal, di sini, aku menunggu dan menerka-nerka. Apa yang akan di lakukannya, lebih tepatnya respon dirinya.
"Kau yakin ingin menyuruhku pergi dari sini?", perlahan Harrolds mendekatiku. Dan aku memundurkan tubuhku dan bergeser menjauh darinya sedikit demi sedikit. Tetapi yang terjadi adalah, dia yang semakin mendekat. Mencondongkan tubuhnya ke arahku.
Oh, tidak! Tuhan, kumohon... jangan terjadi lagi....
Aku berdo'a dalam hati. Aku tak ingin kejadian delapan kaliku yang sebelumnya terulang kembali. Dan yang kutakut kan adalah.. ketika dia menghentikan semuanya, tapi aku malah yang nanti akan menerkamnya.
Argh, tidak-tidak! Itu tak akan terjadi!
Tidak-akan-pernah-ter....
"Ah!"
Tiba-tiba saja Harrolds mengendus di leherku, tangan nya bergerak perlahan meremas payudaraku.
"Berhenti! Kubilang berhenti Harrolds Paige!", aku mencoba mendorongnya. Tapi yang kudapatkan adalah tatapan polosnya yang seakan menelanjangiku.
Kami terdiam beberapa detik,"Quill.. kau tidak apa-apa?". Dan mataku seketika melebar. Pertanyaan macam apa itu? Dasar suami sialan!
"Kau yang membuatku kenapa-kenapa!", jawabku sengit.
"Aku?" tanyanya bingung. "Iya, kau!"
"Aku tidak mengerti, sungguh. Dan kenapa kau tiba-tiba marah, melempar dan melampiaskannya padaku?"
Hell-o! mendengar pertanyannya membuatku kembali mengerang frustasi.
"Sudahlah.. kau tidak akan mengerti..", jawabku pasrah.
"Quill... satu yang perlu kau tahu...", tatapan matanya menatapku serius. Dan tak bisa dipungkiri, aku malah merasa berdebar menunggu lanjutannya. Terlebih posisi kami sekarang. Dia yang menindihku, deru nafas hangatnya, serta belaian tangannya yang memainkan rambutku.
"Quill.. Aku.. bukan.. cenayang".
Aku terdiam, responku melambat.
"Unggg!"
Itu tadi.. suaraku?
Apa ini? Sejak kapan keadanku sudah menjadi seperti ini?
Tubuh bagian atasku sudah tak memakai sehelai benangpun. Lidah serta mulutnya menari-nari di atas payudaraku. Memilin mencecap, menjilat dan melumatnya. Matanya menatap polos kearah mataku. Sungguh, ini menjengkelkan!
Bagaimana bisa dengan santainya dia melakukan ini? Sementara aku, malah menutup mata rapat-rapat. Berada di antara dua pilihan, menikmati nya atau mendorong tubuhnya menjauh.
Oh, sepertinya aku akan mengambil opsi pertama.
Karena ini.. terlalu memabukkan.
"Quill..."
"Ugh..y-ya?", suaraku bergetar.
"Dimana kau menyembunyikan kertas origami ku?"
Seketika segala kenikmatan yang sedari tadi kuresapi musnah. Apa-apaan ini?
Seharusnya aku tau.. seharusnya aku tak terjebak dalam keadaan yang sama selama... Sembilan kali! Sembilan kali dia mempermainkan ku seperti ini! Cukup sudah!
"Apa sebegitu pentingnya kertas origami itu?!", tanyaku mencoba meredam emosiku.
Harrolds mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Freak Husband
RomanceBagi Quill, hal tergila dalam hidupnya adalah menikahi laki-laki impulsive dan aneh seperti Harrolds. Dan hal gila lainnya adalah.. Dia yang sebelumnya acuh tak acuh terhadap suami tampan nya itu, perlahan tapi pasti.. Mulai ketergantungan dengannya...