Setelah makan malam dengan dada ayam serta nasi merah, Harrolds masuk ke ruang kerjanya. Membuat origami berbentuk bangau seperti biasanya.
Quill tanpa mengetuk terlebih dahulu, masuk dengan membawa segelas susu whey protein dan buah pir yang sudah dipotong-potong. Lalu duduk di sebelah suaminya itu. Memperhatikannya.
"Kenapa kau selalu membuat bentuk bangau?" Quill menaikkan sebelah alisnya bingung.
Harrolds tersenyum, "Aku ingin membuat Senbazuru."
"Senbazuru?"
"Kumpulan origami berbentuk bangau (tsuru) yang di rangkai bersama dengan benang. Seribu bangau." Harrolds menjelaskan.
"Oh, aku tahu! Sebagai pengabul permohonan itu kan?".
Quill merespon sambil mengguncang tubuh suaminya. Tanpa memperdulikan origami yang baru saja di tangan Harrolds terlempar begitu saja. "Kau tau legendanya?"
"Tidak, hehe." Quill nyengir sambil menggaruk tengkuknya.
"Mau kuceritakan?" Harrolds bertanya sambil menggapai tubuh Quill. Membawa tubuh istrinya itu ke dalam dekapannya. Hingga kaki Quill berselonjor di tengah kedua kaki Harrolds.
"Mau!" Jawab Quill bersemangat.
Harrolds berdehem sebentar. "Rakyat Jepang itu, percaya kalau bangau adalah salah satu makhluk yang suci, dan konon dapat hidup selama ribuan tahun. Secara tradisional, seribu bangau kertas diberikan sebagai hadiah pernikahan oleh pihak ayah, yang mengharapkan kebahagiaan dan kemakmuran jangka panjang kepada anak dan menantunya. Nah, menggantung seribu bangau kertas di rumah juga dipercaya sebagai jimat pembawa keberuntungan. Tau buku Sadako and the Thousand Paper Cranes?"
Quill menggeleng.
"Menurut versi buku itu, Sadako Sasaki adalah seorang gadis Jepang yang mencoba berjuang melawan penyakit Leukimia yang dideritanya sebagai dampak radiasi ledakan bom atom di Hiroshima ketika Perang Dunia II. Ia mencoba membuat seribu bangau kertas, namun hanya mampu mencapai jumlah 644 sebelum meninggal, dan teman-temannya melanjutkan impiannya. Setelah genap seribu, mereka menguburkan semuanya bersamanya. Nah, melalui kisah itu. Seribu bangau kertas menjadi simbol perdamaian dunia."
"Wah....",
"Dan, di beberapa kuil, termasuk di Tokyo dan Hiroshima, memiliki api abadi untuk doa perdamaian dunia. Di kuil tersebut, rombongan sekolah maupun perorangan menyumbangkan seribu bangau kertas untuk mendoakan perdamaian dunia. Bangau kertas tersebut dipajang di ruang terbuka, perlahan-lahan memudar dan robek seiring permohonan mulai dikabulkan. Hal ini mirip seperti bendera doa di India dan Tibet." Lanjut Harrolds lagi.
Quill mengangguk-anggukan kepalanya. "Jadi, kalau sudah selesai membuat seribu bangau, kau ingin memohon apa?"
"Sebelumnya, aku ragu untuk mulai membuat Senbazuru ini, Quill. Kau tahu sendiri kan, penderita ADHD, sangat jarang dan hampir tidak mungkin melakukan sesuatu hingga selesai? Melipat pakaian saja aku tidak pernah selesai membantumu."
Quill mengusap lengan suaminya sayang, mengingatkan bahwa dia sudah memahami hal itu.
"Nanti, ketika kita sudah memiliki anak...", Harrolds terdiam sebentar, lalu mengusap perut datar Quill.
"Aku ingin memberikan seribu bangau kertas ini ketika dia baru lahir. Agar berumur panjang dan sehat sentosa." Harrolds tersenyum.
Mendengar itu, Quill merasa hatinya terenyuh. Harrolds ternyata sedari awal sudah memikirkan tentang pernikahan ini. Lebih tepatnya, memikirkan calon anaknya. Sungguh bodoh, jika dia mengingat sempat marah pada Harrolds karena mengacuhkan kode kerasnya tentang anak waktu di pantai dulu.
Quill berbalik, melingkarkan kedua kakinya di pinggang Harrolds. Lalu mengecup bibir suaminya cepat. "Terimakasih"
"Untuk?"
"Memikirkan calon anak kita." Quill mengecup bibir suaminya lagi dan lagi.
"Dan anggap saja, membuat Senbazuru ini sebagai terapi untukmu."
Harrolds mengangguk mengiyakan. Ya, terapi. Dia harus bisa menyelesaikan seribu bangau ini. Untuk dirinya, untuk istrinya, dan untuk calon anaknya kelak.
"Harrolds, kau tau tidak? Sepertinya aku sudah ketergantungan denganmu."
"Hah?"
"Aku selalu memikirkanmu, mencemaskanmu, rindu harum tubuhmu. Tidak ingin terlalu lama berjauhan denganmu. Dan, setiap aku melihat bibir mu ini...."
Quill menyentuh lembut bibir Harrolds dengan jemarinya. "Selalu ingin merasakannya lagi dan lagi. Yah, kau boleh mengataiku mesum atau apa lah. Tapi itu kenyataannya." Lagi, Quill mengecup bibir Harrolds.
Harrolds mengusap kedua pipi istrinya lembut. "Tidak. Bukan kau saja yang merasakan hal itu, Quill. Aku juga. Sama sepertimu. Bahkan untuk setiap inci tubuhmu. Sepertinya, kita jadi saling ketergantungan."
"Menurutmu, itu hal yang buruk tidak?" Quill mengalungkan kedua lengannya di leher Harrolds, menatap dalam mata suaminya itu.
"Tidak. Itu hal yang bagus. Sangat bagus malah." Harrolds tersenyum miring.
"Kenapa?"
"Kita bisa mempercepat proses pembuatan untuk calon anak kita."
Dengan cepat, Harrolds mengangkat tubuh Quill ke atas ranjang. Menindih, dan mulai melepas satu persatu pakaian di tubuh istrinya. Meninggalkan buah pir dan susu whey protein di lantai yang belum di sentuh sedikitpun.
***
Pendek? Maaf._.v
Di bagian ini, aku cuman mau ngejelasin ke aneh-an nya si Harrolds yang selalu mengabaikan Quill karena bikin bangau doang. Kayak di chapter-chapter awal bhahahak :v
NOTES:
Susu Whey Protein: Susu tinggi protein rendah lemak dan gula
KAMU SEDANG MEMBACA
My Freak Husband
RomanceBagi Quill, hal tergila dalam hidupnya adalah menikahi laki-laki impulsive dan aneh seperti Harrolds. Dan hal gila lainnya adalah.. Dia yang sebelumnya acuh tak acuh terhadap suami tampan nya itu, perlahan tapi pasti.. Mulai ketergantungan dengannya...