Harrolds hanya tersenyum kecut ketika dokter dan suster memasuki ruang inapnya.
"Apakah tidurmu nyenyak?" Dokter itu bertanya dengan ramah. Namun hanya di balas dengusan kasar oleh pria itu. "Tidak."
Ya, bagaimana dia bisa tidur dengan nyenyak kalau istrinya, Quill. Telah melebihi batas waktunya. Ini sudah hampir minggu ke-enam. Tapi dia tak juga kunjung kembali. Dan yang lebih membuat Harrolds marah adalah..
Quill sama sekali tidak menghubunginya selama tiga hari ini. Dan sekarang, Harrolds menyesal telah menyetujui permintaan Quill.
Berjanji untuk menarik semua mata-mata dari istri tersayang nya itu.
Wendy, hanya mengulum senyum sambil menatap Lukas di sebelahnya.
Ya, Lukas. Lukas sudah mencoba melepaskan perasaannya pada Quill. Dan langkah pertama adalah, menjenguk suami dari sahabatnya itu. Mencoba menjalin tali pertemanan yang lebih murni.
Yang lebih penting, sepertinya Lukas dan Wendy memiliki ketertarikan satu sama lain. Terbukti, dari awal pertemuan mereka seminggu yang lalu. Mereka selalu saling mencuri pandang satu sama lain.
"Aku pikir, kita bisa menurunkan dosis obat Harrolds sekarang." Dokter itu menatap Wendy.
"Tapi kita tetap harus meresepkan obat seperti Adderall, Ritalin dan Dexedrine karena - cukup sederhana - mereka bekerja lebih baik dari apa pun." Lanjutnya.
Wendy mengangguk. "Lagipula, Dosis tinggi dapat menyebabkan lonjakan stimulan dramatis di tingkat neurotransmitter di otak, yang pada gilirannya dapat mengganggu perhatian dan meningkatkan risiko pengembangan kecanduan."
"Baiklah, kami pergi dulu."
Wendy menyenggol lengan Harrolds. "Kau merindukan Quill, ya?"
"Tentu saja!" Harrolds menggeram.
"Uh-oh. Kalau aku membocorkan satu rahasia padamu tentang Quill, kau akan memberiku apa?"
Kepala Harrolds langsung memutar menatap penuh ke arah Wendy dan Lukas. Meminta penjelasan.
"Katakan!"
"Kau akan memberi kami apa dulu, hem?" Lukas melipat kedua tangannya sombong di atas perutnya.
"Kalian mau apa? Akan aku berikan!" Harrolds berdecak kesal.
"Liburan, di pulau pribadimu! Seminggu penuh! Termasuk transportasi dengan pesawat pribadimu." Wendy menyeringai.
"Cih! Aku dan Quill saja belum pernah ke sana. Tapi... baiklah. Sekarang katakan, ada apa dengan Quill?"
Lukas dan Wendy saling menatap sebentar.
"Quill sudah di sini."
"Apa?!"
"Yah, seminggu lebih sih. Tapi dia belum ingin menemuimu." Lukas menimpali.
"Kenapa?"
Wendy menaikkan kedua bahunya. "Kami tidak tahu. Dia tidak mau mengatakannya lewat telepon."
"Astagah, wanita itu!" Harrolds kembali menggeram marah. Walau dia tetap mencoba untuk tetap tenang, tapi hal ini menurutnya sudah sangat keterlaluan.
Apa hanya dia, pihak yang sangat merindukan pasangannya? Ck!
Quill, harus menerima balasan atas perbuatannya. Dan seringai licik, terukir dari kedua sudut bibir Harrolds.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
My Freak Husband
RomanceBagi Quill, hal tergila dalam hidupnya adalah menikahi laki-laki impulsive dan aneh seperti Harrolds. Dan hal gila lainnya adalah.. Dia yang sebelumnya acuh tak acuh terhadap suami tampan nya itu, perlahan tapi pasti.. Mulai ketergantungan dengannya...