"Pergi gimana maksudnya, Van?" Tanya Rere yang penuh penasaran.
"Apasih, kepo." Jawab Vanno santai.
Karna rasa penasaran Rere yang sangat tinggi, ia pun bangun dari duduknya dan beranjak keluar. Vanno pun tidak menegurnya bahkan tidak peduli apa yang akan dilakukan Rere.
Rere menghampiri Tante Tari untuk menanyakan yang sebenarnya.Siapa tau Tante Tari tau semuanya, batin Rere.
Rere pun melangkahkan kaki ke ruang tamu yang berada dibawah untuk menghampiri Tante Tari. Sesampainya dibawah, ia langsung menjatuhkan pantatnya di sofa empuk milik Tante Tari.
"Tante, itu cewek yang ada difoto kamar Vanno. Tante tau ga siapa dia?" Tanya Rere tanpa basa basi.
"Oh itu, itu pacarnya Vanno. Dulu sebelum dia dipanggil Yang Maha Kuasa."
"Hah?! Meninggal maksudnya, Tan?!" Rere pun kaget mendengarnya.
"Iya, 9 bulan lalu pas mau kenaikan kelas abis ujian, ceweknya sakit terus yaaa gitu deh." Perjelas Mama Vanno.
"Oh, kira-kira sakit apa ya, Tante?"
"Tante juga kurang tau, Vanno gamau cerita apa-apa lagi sama Tante semenjak pacarnya meninggal." Ucap Mama Vanno dengan muka sedihnya yang khas.
***
Disisi lain, Vanno sedang memegang salah satu foto yang menurut dia berharga. Fotonya bersama Mamanya dan pacarnya. Dua wanita yang paling ia sayangi. Ia memegangnya dan tidak tersadar air matanya mulai jatuh.
"Shelin..gimana kabar kamu disana?" Vanno tersenyum ke arah foto itu. "Baik - baik aja kan? -Kamu tau gak?yang disini kangen banget sama kamu." ucap Vanno sambil mengelap air matanya dengan punggung telapak tangan kanannya.
"Andaikan kamu masih disini, Shel...mungkin kita lagi main bareng kali ya? Ketawa - tawa bareng sambil main UNO, games kesukaan kamu itu loh." Lagi - lagi Vanno tersenyum miris, air matanya tetap berjatuhan. "Atau gak kamu lagi narsis pake hp aku, terus kamu bilang 'pokoknya foto di hp kamu harus foto aku! Biar temen - temen kamu pada tau kalau aku pacar kamu! Khususnya temen - temen cewek kamu!'" Vanno memeragakan cara Shelin berbicara, setelahnya ia terkekeh sendiri.
"Kalau diinget - inget lucu ya, sayang. Apalagi pertama kita ketemu. Uuugh, kamu itu ngegemesin banget, minta dimakan sama aku. Kamu bawelnya gak nahan banget tau gak, hahaha..tapi aku tetep sayang kamu kok, my one and only." Vanno mengelap air matanya lagi dengan jempolnya.
"Oh ya, Shel. 2 bulan lalu, Papa aku juga ninggalin aku dan mama. Papa, dia penyakitnya kambuh tiba-tiba. Udah dicoba kok dibawa ke rumah sakit, tapi takdir berkata lain. Tuhan berkata lain. Tuhan sayang banget sama Papa, jadi Tuhan ambil Papa. Sama kaya Tuhan sayang banget sama kamu, makanya ngambil kamu juga biar kamu ga ngerasa sakit lagi. Jujur aja, aku waktu itu sempat hampir gila. Papa ku yang udah kaya sahabat sehidup semati, yang nyemangatin aku selama aku kehilangan kamu, yang selalu ngingetin aku hal-hal baik, ninggalin aku Shel. Aku udah kehilangan dua orang yang aku sayang banget, dan sekarang aku cuma sama Mama, Shel. Aku bakal bener-bener jaga Mama. Ga akan aku biarkan semuanya terulang. Hal-hal buruk terjadi lagi. Ga, Shel. Ga akan." Lanjutnya.
Tiba-tiba terdengar seorang perempuan berbicara, yang ternyata sedaritadi mendengarkan omongan Vanno.
"Van, semua yang hidup pasti akan mati kok. Itu akan terjadi ke gue, ke lo, ke semuanya juga. Cuma tunggu waktu yang pas aja. Lagian sesuatu yang udah pergi bener-bener pergi ninggalin kita, gabisa kita minta untuk kembali lagi kan? Mau kita nangis darah, ataupun gimana, tetep gabisa kan? Dan juga, emang dia dan bokap lo seneng kalau liat lo nangis gini? Mereka pasti bilang lo cemen, karna lo cowok dan menangisi mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Not Meant To Be #1
Teen FictionDi balik dinginnya seorang Vanno, Rere percaya, bahwa pasti ada satu titik kehangatan di dirinya. Dan Rere percaya pula, ia bisa membuktikan itu. Dan satu lagi. Tidak selamanya harapan sesuai dengan kenyataan. Terkadang kenyataan hanya bisa menghan...