Vanno menancapkan gas nya kerumah Rere. Ini adalah kali pertama nya ia menjemput Rere untuk berangkat bareng ke sekolah. Ia takut bila Rere harus telat seperti yang sudah-sudah. Lagipula tak ada salahnya kan menjemput pacar sendiri.
Tok.. tok..
"Eh, Vanno." Ucap Mama Rere kepada Vanno.
"Iya, Tante. Ada Rere nya ga, Tan?"
"Ada. Tunggu ya.. Rere!!!" Teriak Mama Rere memanggil Rere.
Tak lama Rere pun turun dan menghampiri Mamanya.
"Iya, Mah.. eh, Vanno." Rere tampak bingung."Yuk, sekolah." Kata Vanno sambil melontarkan senyum nya kepada Rere yang jarang bahkan tidak pernah ia lontarkan kepada perempuan lain selain Shelin.
Rere pun menaiki motor Vanno dan Vanno menancapkan gasnya menuju sekolah. Sesampainya disekolah, lagi-lagi Bagas menghampiri Rere.
"Eh mana nih! Traktirannya!"
"Apaan sih, Gas. Ga ada ga ada. Hahaha.." balas Rere.
Vanno yang tidak suka melihatnya langsung merangkul Rere dan mengajaknya masuk ke kelas. Dan seperti biasa, pelajaran dimulai.
Guru menginformasikan bahwa seminggu lagi akan diadakan ujian kenaikan kelas dan mereka harus mempersiapkan semuanya dengan baik.
"Van, gue belajar sama lo ya!" Kata Rere.
"Iya." Balasnya singkat.
Ternyata, walaupun mereka sudah melebihi dari sekedar teman Vanno tetap bertingkah seperti itu. Bertingkah dingin.
Ah dasar emang coldest boy gabisa berubah. Batin Rere.
Vanno yang melihat Rere cemberut dengan memajukan bibir bawahnya langsung mencubit kedua pipi nya.
"Jangan ngambek." Ucap Vanno sambil mencubit kedua pipi Rere.
"Ih, lepasssss." Rere berusaha melepas cubitan Vanno tersebut. "Diliatin tuh sama fans-fans lo!" Ucap Rere, tetapi Vanno tidak memedulikannya.
Ya, memang. Mereka jadi tontonan fans-fans Vanno dikelas.
"Yang penting aku bisa cubit kamu." Tapi tak lama Vanno melepaskan cubitannya karna ia merasa kasihan pada Rere. Pipinya memerah karna Vanno mencubitnya lumayan lama.
Mirip Shelin banget sih kalau cemberut. Ya Tuhan, jadi keinget kan tuh. Batin Vanno.
"Apa? Aku? Ga salah nih gue?" Tanya Rere dengan nada sedikit meledek.
"Iya lah, kita kan udah pacaran, Re." Balas Vanno santai.
"Hah? Re? Lo manggil gue Re? Sumpah lo?!" Tanya Rere antusias. Ia bahkan mencengkram lengan atas Vanno saking tak percayanya.
"Apasih?"
"Lo gak sadar apa? Baru kali ini lo manggil nama gue!" Rere melepaskan cengkramannya lalu melipat kedua tangannya tepat didepan dadanya.
"Yaudah, maap."
"Iya aku maafin kok, hahaha.."
*
"Ayo." Ajak Vanno kepada Rere.
Sebelum mereka melangkahkan kaki ke arah parkiran, terlihat bahwa Bagas ingin menghampiri Rere.
"Re, katanya lo mau nemenin gue ke resto yang baru itu. Ayok, Re." Ajak Bagas.
"ah?" Rere tampak bingung, siapa kah yang harus ia pilih.
"Ga, dia pulang. Dia gaboleh kemana-mana." Balas Vanno sinis ke Bagas.
"Diem aja lo. Gua ngomong sama Rere. Jadi ga, Re?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Meant To Be #1
Teen FictionDi balik dinginnya seorang Vanno, Rere percaya, bahwa pasti ada satu titik kehangatan di dirinya. Dan Rere percaya pula, ia bisa membuktikan itu. Dan satu lagi. Tidak selamanya harapan sesuai dengan kenyataan. Terkadang kenyataan hanya bisa menghan...