Vanno [POV]
Kalau bukan karna nyokap gua, mana mau gua anterin lo, Re.
Sesampainya digarasi rumah, aku pun turun dengan tas yang masih berada dipunggung ku. Saat hendak masuk ke kamar terdengar suara wanita yang paling aku sayangi memanggil namaku.
"Vannoooo!" Seru-nya.
Ku datangi ia dan ku cium tangannya. "Kenapa, Ma?" Tanyaku sembari duduk dikursi meja makan dekat dengannya yang sedang berberes.
"Gimana sekolah kamu tadi? Enak? Seru gak? Terus gimana, kamu udah dapet temen? Sekelas ga sama Rere? Dia kamu anterin pulang kan?" Ucapnya tanpa henti.
"Enak kok, Ma, dan udah dapet temen. Aku sekelas bahkan sebangku. Dia bawel banget, Ma. -Iya, Mama. Aku anterin dia kok. Btw, siapa yang abis dateng, Ma?" Balasku sembari menghela nafas dengan kasar.
"Tadi, Mamanya Rere dateng nemenin Mama, hehehe.. Kamu jangan gitu dong. Cewek itu memang kebanyakan bawel. Papa kamu aja dulu bilang Mama bawel. Dia awalnya dingin banget kaya kamu terus mama banyak ngomong akhirnya dia luluh sama Mama. Hati-hati loh kamu nanti suka sama dia." Ucap Mama dengan sedikit tawa.
"Ya jangan sampe aja, Ma." Aku pun terkekeh.
"Duh, jadi kangen Papa kan tuh. Udah berapa bulan ya kita ditinggal Papa?" Tanya Mama dengan muka sedihnya yang paling aku benci. Seketika Mama berhenti berberes dan ku lihat air matanya sudah membendung dikelopak matanya siap untuk jatuh kapan saja.
Ku datangi Mama ku, ku peluk dan ku elus rambutnya—kebetulan badanku lebih tinggi darinya—agar Mama tidak merasa sedih apalagi menangis.
"Mah...Papa ga ninggalin kita. Dia ada disekitar kita kok sekarang. Bahkan dia lagi meluk Mama juga kali sekarang bareng sama Vanno. Jangan sedih ya, Ma. Vanno gasuka. Ada Vanno kan disini."
"Makasih ya, Vanno. Yasudah sana masuk kamar. Mama loves you, Nak." Ia melepaskan pelukanku dan kembali membereskan meja makan.
"Yaudah aku masuk ya, Ma. Vanno loves Mama too."
Ku langkahkan kaki ku ke kamar ku, tempat paling nyaman didunia selain di dalam pelukan Mama-ku. Ku lemparkan tas ku ke atas kursi yang berada didekat jendela kamarku, ku ambil gitar accoustic putih kesayanganku. Dan ku petik satu persatu senar itu dan mulai memainkan sebuah lagu.
Can I lay by your side?
Next to you, you
And make sure you're alright
I'll take-[Sam smith-Lay me down]
Drrt drrt.
Lagu itu terhenti karna getaran yang cukup keras berasal dari hp ku yang sedang bersantai di atas nakasku. Ku ambil handphoneku, dan terpampang nomor yang tak ku kenal dilayar hpku. Karna rasa penasaran ku yang mungkin tinggi, ku slide hp ku untuk mengangkat telfon itu.
"Halo."
"Hallo, ini Vanno kan?" Balasnya dari seberang sana.
Suara Rere. Yakin banget.
"Kenapa?"
"Gue baru dikasih tau nih sama ppl Kimia, lewat telfon. Besok ada pr tambahan. Hal.44-45 nomor 1-10. Dikerjain yaaa."
"Makasih."
Tuut. Tuut. Tuut.
Ku tutup telfon itu, dan mulai ku petik lagi gitarku. Dasar perempuan bawel, menggangguku saja.
Rere [POV]
Drrt. Drrt.
Duh, kakak ppl. Kenapa nih?

KAMU SEDANG MEMBACA
Not Meant To Be #1
Teen FictionDi balik dinginnya seorang Vanno, Rere percaya, bahwa pasti ada satu titik kehangatan di dirinya. Dan Rere percaya pula, ia bisa membuktikan itu. Dan satu lagi. Tidak selamanya harapan sesuai dengan kenyataan. Terkadang kenyataan hanya bisa menghan...