Tanpa memedulikan di London jam berapa dan di Indonesia jam berapa, Vanno langsung menghubungi Rere melalui video call LINE. Ia ingin menjelaskan semuanya, ia tidak ingin Rere salah paham.
Setelah 3 kali Vanno menghubungi, akhirnya Rere angkat juga. Senyum Vanno mengembang melihat Rere walaupun hanya melalui video call alias tidak secara langsung.
"Re.."
"Nggak papa, kok. I'm fine, Van."
"I will explain it."
"Don't. I trust you."
Air mata Vanno menggumpal diujung matanya, siap untuk jatuh. Ia menyesal mengantarkan Rara ke toko buku jikalau akan seperti ini. Ia takut Rere tidak akan percaya lagi dengannya.
Ia tidak mau kehilangan orang yang ia sayangi, lagi.
"Re..., aku sadar aku bodoh. Aku juga gak tau apa yang menggerakkan aku, sayang. Maaf...," ujar Vanno lemas.
"Udahlah, ini juga bukan pertama kalinya kamu sama dia kan? Yaudah iya biarin aja."
"Re?"
"Emang aku gatau? Hari pertama MOPDB kamu nolongin dia dan kamu MEGANG tangan dia?!" Balas Rere dengan ditekankan dikata 'megang' sambil menahan air mata.
"Emang kamu fikir gak sakit, Van? Dulu aku mau deket sama kamu aja susah banget. Dan ini? Gampang banget buat dia untuk deket sama kamu. Aku nggak habis fikir, Van. Ini sakit banget buat aku yang berposisi jadi pacar kamu.
"Iya sih, mungkin dia seneng karna dia bisa deket kamu. Tapi seenggaknya dia udah tau kan kamu udah punya cewek? Dan kamu juga tau kan?! Kamu udah punya cewek?! Apa lupa? Karna kita beda negara?!" Bentak Rere dengan air matanya yang sudah jatuh.
"First, please, don't cry, baby. Aku gak mau liat kamu nangis karna cowok bajingan kayak aku."
"Heefttt..," Rere menarik dan membuang nafas lalu mengelap air matanya.
"Aku minta maaf. Aku juga gak tau kenapa aku bisa kayak gitu, Re. Mungkin karna aku gak tega ada adek kelas digituin." Jelas Vanno. "Dan tadi, mungkin karna juga aku lagi bosen jadi aku milih buat nemenin dia, Re."
"Yaudah lah ya. Aku mau lupain aja. Sakit kalo diinget, hehehe... kamu udah makan belom, hayo?" Goda Rere.
"Re...maafin aku."
"Udah ah! Udah kayak lebaran aja!" Rere tertawa, palsu.
Rere mengalihkan pembicaraan, ia tidak mau membicarakan yang tadi. Intinya, Rere percaya dengan Vanno. Setelah ia fikir - fikir, aapun yang Vanno lakukan disana, tak masalah untuk Rere. Walaupun terkadang ada hal yang akan menyakitkan hatinya.
Pembicaraan tersebut malah menjurus ke 'kapan Rere pulang ke Indonesia' atau 'kapan Vanno berlibur ke London'. Dan tak lupa, pembicaraan tersebut ditaburi sedikit tawa dan kerinduan antara keduanya. Mereka menumpahkan rasa rindunya melalui video call tersebut.
Tak terasa sudah pukul 18.15 di Indonesia, itu artinya di London sudah jam 11.15. Vanno izin dengan Rere untuk shalat maghrib.
"Re, aku shalat dulu ya." Vanno menyunggingkan senyumnya ke Rere.
"Shalat yang khusyu ya, calon imam-ku!"
"Iya," Vanno tersenyum. "Nanti aku call lagi, ya. Bilang aja ke aku kalau kamu udah free."
"Okay! Love and miss you!"
"Me too, baby."
Rere menutup video call tersebut. Akhirnya air mata yang sudah Vanno tahan-tahan daritadi pun terjatuh juga. Ia benar-benar rindu dengan Rere. Setelahnya, ia langsung menuju ke kamar mandi untuk berwudhu. Ia pun menunaikan ibadah shalat maghrib.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Meant To Be #1
Teen FictionDi balik dinginnya seorang Vanno, Rere percaya, bahwa pasti ada satu titik kehangatan di dirinya. Dan Rere percaya pula, ia bisa membuktikan itu. Dan satu lagi. Tidak selamanya harapan sesuai dengan kenyataan. Terkadang kenyataan hanya bisa menghan...