Senin, adalah hari yang benar-benar Rere benci karena harus berdiri 1 jam dilapangan dan mendengarkan amanat gurunya yang super duper panjang kaya rel kereta dari Jakarta ke Yogya. Rere benci upacara juga karna fisiknya yang lemah, dikit dikit pingsan karna panas teriknya matahari yang menyengat.
Sesampainya dikelas, seperti biasanya ia duduk disebelah Vanno sambil menunggu bel masuk berbunyi. Dan ya, beberapa menit kemudian bel masuk berbunyi. Penghuni setiap kelas dari kelas 10, 11 dan 12 berhamburan keluar dengan seragam lengkap dan topi nya masing-masing, siap untuk upacara.
Selama upacara berlangsung, Rere benar-benar tidak bisa diam. Karna Rere tidak tahan dengan matahari, ia selalu mendadak mimisan.
Benar saja, saat pertengahan upacara, darahnya bercucuran dari hidungnya. Vanno, yang kebetulan berdiri disebelahnya tersontak kaget. Teman-teman disekitar Rere juga ikut kaget malahan panik. Vanno langsung berlari kebelakang untuk memanggil PMR dan tak lama muncullah anggota PMR itu dengan Vanno. Rere tampak lemas, darahnya sudah banyak keluar.
"Gakuat jalan." Ucap Rere.
Tanpa basa basi Vanno langsung menggendong Rere dengan gaya bridal, ia lingkarkan tangan Rere di lehernya.
Vanno bawa Rere ke UKS lalu Vanno baringkan Rere diatas kasur yang telah disediakan, dan ia berikan penuh kepercayaan ke anggota PMR untuk menjaga Rere.
"Eh, kalau bisa, panggilin Kaira buat jagain Rere!" Tambah Vanno sebelum ia keluar dari ruang UKS.
Tak lama setelah upacara selesai Kaira pun datang karna ia dipanggil oleh salah satu anggota PMR.
"Re! Lo udah tau gak kuat masih aja dipaksa. Kebiasaan deh lo ah." Ucap Kaira setengah teriak dan langsung duduk disisi kasur yang ditiduri Rere.
"Apaansih lo, Kai." Keluh Rere. "Eh gue mau cerita deh. Ga ada anak-anak kan selain kita disini? Coba deh cek." Bisik Rere.
"Cerita apa?" Tanya Kaira sambil mendekatkan dirinya ke Rere.
"Udah cek dulu sanaaa." Rere mendorong pelan punggung Kaira. Kaira pun mengecek nya dan memang hanya tersisa mereka berdua karena yang lain sudah masuk ke kelasnya masing-masing. Kairapun kembali duduk.
"Apaan?" Tanya Kaira.
"Kayanya gue jatuh cinta deh."
"HAH?! SERIUS LO?! SAMA SIAPA?! Sama........Vanno ya?" Kaira benar-benar kaget setengah mampus.
"Sssuuttt!!! Jangan teriak-teriak ah!" Rere menjitak kepala Kaira karna Kaira bicara terlalu keras. "Iya, kayanya gue jatuh cinta sama Vanno. Lo tau ga sih, dia itu cool banget, care banget, walaupun super dingin, dan gue baru sadar comfort zone gue itu ya dia. Tiap deket sama dia semua berasa adem." Lanjut Rere.
"Tapi dia dingin banget, lo yakin?" Tanya Kaira dengan setengah meyakinkan.
"Yakin." Jawab Rere dengan percaya diri.
"Mau lo digimanain juga lo yakin mau tetep cinta sama dia?"
"Yakin."
"Yaudah, gue support lo kok. Semangat ya untuk dapetin cowok terdingin disekolah ini dan cowok punya fans terbanyak selain Geri disekolah ini. Hahaha..." ledek Kaira ditengah support nya itu.
Mereka pun asyik mengobrol dan lupa untuk kembali ke kelas masing-masing. Tapi, kalau Rere sih memang harus di UKS karna ia masih rada-rada lemas. Nah, kalau Kaira, emang dasarnya aja malas untuk ikut pelajaran Sejarah yang katanya bikin ngantuk.
"Lo ga balik ke kelas, Kai?" Tanya Rere.
"Ngga ah, abis istirahat aja. Sejarah 4 jam, tidur gue dikelas." Jawab Kaira sambil menghela nafas dengan keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Meant To Be #1
Teen FictionDi balik dinginnya seorang Vanno, Rere percaya, bahwa pasti ada satu titik kehangatan di dirinya. Dan Rere percaya pula, ia bisa membuktikan itu. Dan satu lagi. Tidak selamanya harapan sesuai dengan kenyataan. Terkadang kenyataan hanya bisa menghan...