Hari pertama sekolah menjadi siswa kelas 12 disini, ga akan sesemangat dulu kelas 11. Keberangkatanku ke sekolah kan hanya untuk sekedar bersamanya, menghabisi waktu bersama. Daripada harus memerhatikan guru yang tidak jelas bagaimana cara ia mengajarnya.
Spontan memori-memori bersama Rere lewat begitu saja di fikiranku, entah karna apa. Mungkin karna aku merindukannya dan ingin ia ada disini menjadi senior kelas 12 yang sedang memerhatikan adik-adik kelas barunya yang sedang di mopdb.
*
BRUK!
"Eh sorry sorry, kak. Saya buru-buru." Kata anak perempuan itu yang menabrakku lumayan keras lalu langsung berlari. Mungkin dia telat, ya, mungkin.
Aku tidak membalas satu patah katapun, karna bagiku tak penting juga, ia sudah menghilang dari pandanganku memasuki ruangan mopdbnya.
"Woy, Van!" Teriak Geri memanggilku. Geri langsung menghampiriku dan ber-tos-an seperti biasanya.
"Eh lo! Udah telat, seenaknya aja masuk. Gak gak, gakbisa! Berdiri lo tengah lapangan!" Terdengar bahwa salah satu anak osis sedang memarahi salah satu anggota mopdb dan mendorongnya dengan paksa ke tengah lapangan.
Eh, tunggu tunggu. Itu kan cewek yang tadi nabrak aku. Gak, ini gabisa dibiarin. Dia gabisa seenaknya aja dihukum gini. Apalagi sekarang udah banyak anak-anak yang lagi merhatiin dia dan bersiap akan mengeluarkan suara 'boo'-nya.
"DIEM DISITU!" Bentak anak osis itu. Anak perempuan itu hanya tertunduk, mungkin dia takut. Karna rasa gemasku terhadap anak osis tersebut, ku datangi saja mereka.
"Eh, jangan seenaknya sama anak baru." Kataku dengan nada jutek.
"Gausah ikut campur!"
"Gue berhak, karna gue kakak kelas. Gue harus ngelindungin adek kelas!" Bentak gue yang gamau kalah sama dia.
"Lo siapa sih, Van, disekolah ini? Berani - beraninya berentiin gue?"
"Gua bukan siapa - siapa, tapi seenggaknya gua bukan kakak kelas yang gila bully kayak lo." Aku menunjuk dirinya tepat di depan wajahnya.
Setelah kalimat tersebut habis kuucapkan, terdengar satu sekolah suara ramai seperti pasar ramai pengunjung.
Aduh, sweet banget, gilaak!
Ih ganteng banget deh, kelas 12 ya?
Vanno!! Sumpah gentle banget!
Kira-kira itulah yang mereka ucapkan yang sedang berada disana sini, dilantai 1,2,3, diseluruhnya.
Mungkin karna rasa kesalnya, osis tersebut langsung meninggalkan anak perempuan itu ditengah lapangan sendirian, "diem lo disitu sampe pulang!"
Anak itu hanya mengangguk pelan, ia takut, menurutku. Takut akan kakak kelasnya yang sok. Pasti taulah apa yang dimaksud sok disini.
"Ikut gue, jangan ikutin kata dia." Aku menarik tangannya dan membawanya ke arah kantin. Ia diam, menunduk dan pasrah untuk dibawa kemanapun.
"Duduk. -Lo mau pesen apa?"
"Ng-ngga usah, kak."
"Cepetan apaan. Gua maksa nih!" Bentakku. Rasa kesal terhadap anak osis tadi masih membekas didiriku.
"Y-yaudah deh samain aja, kak."
Aku berjalan ke arah gerobak siomay, dan aku memesankan 2 porsi untukku dan dia.
"Nih." Kataku sembari memberikan piring yang sudah dihiasi dengan siomay diatasnya, kepadanya.
"Ma-makasih, kak." Balasnya sambil menerima piring tersebut. "Aku Rara."

KAMU SEDANG MEMBACA
Not Meant To Be #1
Roman pour AdolescentsDi balik dinginnya seorang Vanno, Rere percaya, bahwa pasti ada satu titik kehangatan di dirinya. Dan Rere percaya pula, ia bisa membuktikan itu. Dan satu lagi. Tidak selamanya harapan sesuai dengan kenyataan. Terkadang kenyataan hanya bisa menghan...