CHAPTER 6

6.8K 439 1
                                    

Vanno [POV]
-FLASHBACK 9 BULAN LALU-

Drrt. Drrt.

Handphone ku bergetar dengan keras dan terpampang nama wanita yang aku sayang, yaitu Shelin. Ku ambil handphone ku lalu ku angkat telfonnya.

"Iya, Sayang?" Ucapku.

"Besok temenin aku, yuk!"

"Kemana tuh?"

"Ikut lari gitu, tapi ada juaranya yang sampe duluan. Nanti kita cepet-cepetan lari ya!"

"Boleh, siapa takut."

"See you tomorrow morning, baby!"

Tuut. Tuut. Tuut.

Sebelum aku membalasnya, Shelin sudah mematikannya duluan. Aku pun cuma bergeleng-geleng dengan kebiasaan Shelin yang seperti itu.

Keesokan paginya, aku bersiap-siap untuk menjemput Shelin. Setelah siap, aku izin dengan Papa dan Mama ku yang sedang mengobrol diruang tamu.

"Ma, Pa. Vanno pergi ya, mau temenin Shelin." Kataku sembari salim dengan keduanya.

"Iya, kamu jaga dia dengan baik ya, Vanno. Kamu kan cowok." Balas Papaku.

"Mama titip salam ya, Van. Buat Shelin." Tambah Mama ku.

"Iya, Pah, Mah. Yaudah Vanno pergi ya."

Aku pun meninggalkan keduanya ke arah garasi lalu ku naiki motor kesayanganku itu. Kunyalakan lalu langsung ku tancapkan gas motor itu ke arah rumah Shelin.

Sesampainya dirumah Shelin, ku pencet bel yang berada di tembok rumahnya itu. Tak lama keluarlah Shelin, dengan baju putih berlengan pendek dan celana pendek diatas lutut dengan rambutnya yang tergerai indah.

"Kamu cantik, Shel." Ucap ku lembut.

"Ah, makasih ya cowok terdingin satu sekolah yang punya fans banyak. Hahaha.."

"Gamau bales, kamu juga ganteng kok, sayang, gitu?" Tanya Vanno dengan nada meledek.

"Ga ah, ngapain? Seantero sekolah juga tau kalo kamu mah ganteng mulu!"

Aku hanya terkekeh mendengar jawaban konyol dari pacarku itu. Aku pun kembali menaiki motorku diikuti dengan Shelin. Dan langsung ku tancapkan gas menuju tempat yang diberi tau Shelin.

Sekitar 20 menit kemudian, kami sampai ditempat tujuan. Rame, iya rame. Kaya kumpulan semut yang ngerubutin gula. Sesak, gerah, dan sempit-sempitan. Tapi ngga akan aku biarin Shelin, selama di keramaian itu, aku tetap merangkul Shelin. Aku cuma gamau dia kenapa-napa.

1 jam kemudian, acara laripun dimulai setelah diberi beberapa instruksi oleh ketua acara. Shelin sangat bersemangat, ia berlari layaknya atlit-atlit internasional.

Wajahnya, seakan-akan bersinar memberiku cahaya. Membuat hidup ku lebih bersinar dari sebelumnya. Ia terlihat sangat cantik walaupun sedang berlari dan berkeringat, tak kalah seperti biasanya.

Tapi tak lama....

Brak!!!

Ia pingsan dan tampak lemah, wajahnya pucat sekali. Aku langsung berlari ke arahnya dan meminta pertolongan dari orang-orang disekitar. Shelin pun dibawa ke RS terdekat dengan ambulance yang telah disediakan oleh pihak panitia.

Shelin! Kamu kenapa, Shel?! Jangan bikin aku panik dan khawatir kaya gini. Ujarku dalam hati dengan mengelus rambutnya.

Sesampai di RS Bunda, aku langsung menelfon orang tua Shelin. Dan tak lama mereka langsung sampai di RS tersebut.

Not Meant To Be #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang