Tok... tok...
"Re.." Panggil Mamanya sambil mengetuk pintu kamar Rere.
Rerepun langsung membuka pintunya. "Iya, Ma?"
"Yuk, turun. Dibawah ada Vanno tuh, kasian dia nungguin kamu daritadi."
"Daritadi?!" Rere kaget.
"Iya, daritadi. Kamu mama ketuk-in pintunya daritadi ga bangun-bangun, ada janji kan kamu sama Vanno mau belajar bareng?"
"Ohiya, Rere lupa!" Rere menepuk jidatnya karna ia benar-benar lupa.
"Yaudah, cepetan samperin dulu gih. Oh iya, Mama pergi dulu ya, Nak. Ada urusan. "
Mamanya pun meninggalkan Rere duluan, sedangkan Rere berlari ke depan cermin dan hanya menyisir rambutnya pakai jari-jari tangannya didepan cermin. Duh, jangan kusut dong! Batin Rere.
Tak lama, Rere pun lari kebawah karna merasa kasihan Vanno sudah menunggunya.
"Vanno!!!!" Teriak Rere sambil berlari.
Vanno tidak membalas teriakan Rere, melainkan ia malah tersenyum melihat tingkah pacarnya.
"Huft...huft...huft... Capek juga ya lari dari atas doang." Rere pun duduk disebelah Vanno.
"Minum dulu." Vanno memberikan Rere minum yang telah Mama Rere siapkan untuk Vanno.
"Sini, sini. Aku capek." Rere mengambil minum tersebut dari tangan Vanno.
Glek...glek..glek..
"Ahhh... adem." Rere mengelap bibirnya dengan punggung tangannya.
"Udah siap?" Tanya Vanno.
"Hah?! Siap ngapain?!" Rere tampak kaget dengan pertanyaan Vanno.
"Apaansih, Re. Udah siap belajar belum?"
"Astaga, aku kira..."
Vanno tertawa mendengar ucapan Rere tersebut dan ia juga tertawa karena melihat ekspresi muka Rere yang mungkin emang bener-bener pantes untuk diketawain.
"Jangan ketawaaaaa! Rasain nih!!!" Rere mendaratkan cubitan keras di pinggang Vanno.
"Aduh duh duh.. lepas dong! Nanti aku ga bisa ngajarin kamu nih." Rengek Vanno. Vanno berusaha melepas cubitan Rere yang benar-benar keras itu.
"Yaudah, ayo belajar." Ajak Rere.
"Rapihin aja dulu tuh rambut." Kata Vanno sambil menunjuk rambut Rere dengan dagunya.
"Ih, biarin yang penting tetep cantik."
"Iya, iya.. kamu emang cantik dan akan selalu cantik kok dimata aku." Ujar Vanno sambil tersenyum.
"Kan.. kan... udah deh, udah. Belajar!!" Rere langsung mengambil buku yang berada ditas Vanno dan langsung membuka asal halamannya.
Vanno dan Rere pun belajar dengan semangat dan canda tawa. Mereka belajar Matematika karna hanya dipelajaran itulah kelemahan Rere, lainnya? Bisa diatasi oleh Rere.
Vanno, ya mungkin ia stress ngajarin Rere yang otaknya super duper lemot sama Matematika. Kalau diibaratkan api tuh otaknya, udah ngebul asepnya.
"Untung aku sayang, kalau ga, ogah banget aku ngajar kamu." Ucap Vanno sambil melihat-lihat isi buku matematika yang sedang mereka pelajari.
"Yeee, songong! Cubit lagi nih!" Ancam Rere.
"Nih, cubit kalau bisa. Aku cubit balik tuh pipi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Meant To Be #1
Novela JuvenilDi balik dinginnya seorang Vanno, Rere percaya, bahwa pasti ada satu titik kehangatan di dirinya. Dan Rere percaya pula, ia bisa membuktikan itu. Dan satu lagi. Tidak selamanya harapan sesuai dengan kenyataan. Terkadang kenyataan hanya bisa menghan...