CHAPTER 14

6.1K 393 3
                                    

Rere berlari, ia tidak peduli bila dia akan terpeleset atau sesuatu terjadi dengannya. Yang Rere mau adalah cepat-cepat bertemu dengan Vanno dan melihat keadaan Vanno. Ia takut bila ada terjadi sesuatu yang tidak diinginkan ke Vanno, Rere tidak mau kehilangan Vanno.

"Kamar 312 kan? Bener kok ini." Rere langsung masuk ke dalam kamar nomor 312.

Ya, benar itu adalah kamar Vanno. Terlihat jelas bahwa Vanno sedang berbaring dengan perban sana sini.

"Vannoooooo." Rere langsung berlari ke arah Vanno dan memeluk Vanno.

"Aw." Pekiknya.

"Eh, maaf maaf. Kamu gapapakan?" Tanya Rere pada Vanno.

"Gapapa kok, sayang."

"Udah ada Rere kan, yaudah Mama pulang dulu ya istirahat. Re temenin Vanno dulu ya nanti tante balik lagi kok." Ucap Mama Vanno.

"Gapapa, Tante. Tante pulang aja, aku jagain Vanno. Tante udah ada kantong mata nya tuh, pasti capek banget. Aku yang jagain Vanno ya tante, aku nginep kok. Gapapa." Kata Rere sambil mendatangi Mama Vanno dengan memegang kedua lengan atas tangan Mama Vanno dengan lembut.

"Yaudah, makasih ya, Re. Tapi kamu udah izin kan?"

"Udah kok, Tante." Rere tersenyum.

"Mama pulang ya, Nak. Gapapakan?"

"Iya, gapapa kok. Jangan sakit ya, Ma." Vanno tersenyum manis pada Mamanya.

Mama Vanno pun keluar dari kamar Vanno dan pulang menuju rumahnya. Tersisalah Vanno dan Rere yang sedang berdiam-diaman. Rere tampak sedih, ia sedang memerhatikan badan Vanno dari kepala sampai kaki. Ingin rasanya Rere marah, tapi keadaan Vanno tidak memungkinkan untuk dimarahi. Ia tidak mau Vanno tambah parah lagi.

"Kenapa? Mau marah? Gapapa kok." Ucap Vanno yang mungkin menyadari keanehan Rere saat ini.

"Kamu tuh suka bikin orang khawatir ya! Kamu suka bikin orang nangis karna mikirin kamu ya! Kamu suka banget bikin orang nunggu kabar ya! Kamu suka banget ngebut ya?!" Bentak Rere dengan butiran-butiran bening dimatanya yang siap untuk terjatuh.

Vanno memegang kedua tangan Rere dengan lembut dan mencoba untuk meyakinkan Rere, "Re, I'm fine. Everything's alright."

"No, it's not! Lagi kaya gini aja bisa-bisanya kamu bilang everything is alright!" Buliran-buliran bening tersebut pun akhirnya jatuh karna sudah tak tertahankan lagi.

"Iya, maafin aku ya, sayang. Aku gak ngabarin kamu. Kamu gausah khawatir sama aku." Vanno mengelus lembut kepala Rere dengan kasih sayang.

"Aku tuh pacar kamu! Aku harus tau gimana keadaan kamu! Gini kan jadinya kalau aku ga ada kabar dari kamu! Tiba-tiba dapet kabar kamu udah di rumah sakit, apa-apaan nih!" Tangisan Rere tambah menjadi, ia menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

"Sayang, maafin aku. Aku janji ini ga akan terjadi lagi, aku akan lebih hati-hati lagi. Dan, ingat. Aku ngga pernah mau bikin kamu nunggu kaya gitu, aku ga suka dan aku kecewa sama diri aku sendiri kalau aku bikin kamu nunggu kaya gitu. Maafin aku ya." Vanno pun memeluk Rere yang sedang duduk disisi tempat tidur nya.

Rere pun yakin dengan kata-kata Vanno, karna Rere percaya bahwa Vanno adalah orang yang dapat dipercaya dan tidak akan berani untuk berbohong. 

Rere senang, dalam keadaan seperti ini ia ada untuk Vanno. Rere juga senang, dalam keadaan seperti ini Vanno masih bisa meredakan hatinya yang terasa campur aduk karna melihat keadaan Vanno sekarang.

Yang ia fikirkan saat ini hanyalah Vanno seorang, ia mau Vanno cepat sembuh dan tidak ada rasa sakit apapun lagi di badan Vanno. Karna saat Vanno merasa sakit, Rerepun ikut merasa sakit. Karna bagi Rere, Vanno adalah sebagian dari hatinya dan hidupnya. Dimana dia bisa merasakan apa yang dirasakan Vanno setiap saat.

***

Makan siangpun datang, Rere langsung berjalan ke arah makanan tersebut dan membawa nya ke dekat Vanno, ia berniat untuk menyuapi Vanno. Rere duduk diatas kasur tersebut berdua bersama Vanno, lalu ia ambil satu sendok nasi dan lauk yang telah disediakan dan ia arah kan sendok tersebut ke arah Vanno. Dan, hap! Satu suapan sudah masuk ke mulut Vanno. Vanno hanya tertawa karna ia diperlakukan seperti anak kecil. Rere memainkan suapan tersebut, ia mengibaratkan sendok tersebut adalah pesawat dan ia mainkan sebelum dimasukkan ke dalam mulut Vanno. Vanno yang merasa gemas dengan tingkah laku pacarnya tersebut, hanya bisa tertawa dan mengacak-acak rambut pacarmya tersebut.

"I love you, Re." Ucap Vanno sambil menatap Rere dalam dan tersenyum manis.

Rere salah tingkah, lagi. Cowok se-cool dan sedingin dia bisa kaya gini ke Rere. Hanya ke Rere, perempuan satu-satunya yang Vanno pilih. Disisi lain Rere bangga, karna hanya dialah yang bisa mendapatkan Vanno. Sedangkan, yang lain hanya bisa menggemari atau menyukai nya saja.

"Love you, too." Balas Rere sambil tersenyum.

Selesai Vanno makan, mereka pun bercanda berdua diatas kasur kamar Vanno tersebut. Canda dan tawa mereka rasakan saat itu, hingga pada akhirnya handphone Rere berbunyi karna ada panggilan. Panggilan dari seorang laki-laki yang ia kenal betul, yaitu Bagas.

"Hallo."

"Re, lagi dimana?" Tanya nya dari sebrang sana.

"Di RS, kenapa?"

"Gapapa, gue kangen aja makanya gue nelfon, hehehe.. Gapapakan?"

"Sorry, ya. Gue lagi gabisa telfonan nih, lagi jagain orang." Ucap Rere agar Bagas cepat-cepat mematikan telfonnya itu.

"Yah, yaudah deh. Get well soon ya untuk orang yang lagi lo jagain, semoga dia bisa beraktifitas kaya biasa lagi." Balasnya.

"Oke, makasih ya, hehehe." Balas Rere.

Sesudahnya Rere langsung memutuskan telfonnya tersebut, dan terlihat muka Vanno sangat tidak enak dilihat. Vanno kesal, iya sangat kesal. Ia cemburu. Entah kenapa ia merasa sangat cemburu saat lelaki lain menghubungi perempuan miliknya.

"Siapa?" Tanya Vanno sinis.

"Umm...ini...anu.." Rere mengadukan kedua jari telunjuk tangannya satu sama lain.

"Siapa?" Tanya Vanno lagi, tak kalah sinisnya dengan tadi.

"Bagas," balas Rere agak takut - takutan.

"Gitu kan lebih gampang. Dia bilang apa?"

"Kangen...," Rere menundukkan kepalanya.

"Kok? Bisa?"

"Ngga ngerti juga," Rere menggeleng - gelengkan kepalanya berkali - kali.

Tersimpan rasa kesal dan cemburu di hati Vanno. Tapi ia tahu, bahwa dirinya percaya dengan Rere. Rere tidak mungkin kan begitu saja meninggalkan Vanno demi laki - laki lain? Atau mungkin berselingkuh di belakang Vanno. Vanno yakin, Rere tidak akan seperti itu. 

"Coba jelasin ke aku, kalian ngapain aja sampe dia bisa bilang kangen?" Pinta Vanno.

Dan akhirnya, Rere menjelaskan semuanya sambil menatap wajah Vanno, bahwa ia tidak ada apa-apa dengan Bagas. Awalnya Vanno tidak yakin dengan apa yang diucapkan oleh Rere, ia pun menatap mata Rere. Ia mencoba untuk mencari kebohongan dimata milik pacar satu - satunya itu. 

Dan Vanno tidak menemukan kebohongan itu.

Vanno pun akhirnya percaya dengan kata-kata Rere, karna ia tidak mau kehilangan Rere. Seperti ia kehilangan Shelin.

"Iyaudah iya, aku percaya kok. Maafin aku ya." Vanno lagi - lagi mengelus kepala Rere dan mengulum senyum termanisnya kepada sang pacar.

Bibir bawah Rere maju semaju - majunya, "harusnya aku yang minta maaf."

"Gapapa kok," Vanno terkekeh. "Sini peluk." Vanno merentangkan tangannya meminta untuk Rere jatuh ke dekapannya. Rere pun masuk ke dalam dekapan Vanno, lelaki yang sangat ia sayangi.

"I love you..," bisik Vanno sambil tetap memeluk Rere, dan Rere hanya tersenyum geli.

 ★★★

Hope you enjoyed.
Bilbile
Monday, November 24th 2015
10:25 AM

***
Maaf ya random banget, udah gatau lagi harus gimana. Wkwkwk.

###

Rombak: 1.4.16 // 10:03PM

Not Meant To Be #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang